Saturday, 15 October 2016

Makalah Pembuatan ZPA dan analisanya dengan spektrofotometer




BAB I
PENDAHULUAN

   A.    Latar Belakang

Pewarna alami adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat wana ini telah digunakan sejak dahulu dan umumya dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis, seperti annato sebagai sumber warna kuning alamiah bagi berbagai jenis makanan begitu juga karoten dan klorofil. Pada daftar FDA, pewarna alami dan pewarna identik alami tergolong dalam uncertified color additives karena tidak memerlukan sertifikat kemurnian kimiawi.
Pada zaman dahulu pewarna kain atau tekstil semuanya masih berbahan alami. Bahan yang berasal dari alam. Namun, seiring berkembangnya zaman, semakin pesat teknologi dan ilmu pengetahuan, munculah pewarna sintetis kain. Sama seperti kain-kain lainnya, kain batik juga menggunakan pewarna alami dan sintetis. Pewarna batik alami walaupun susah dan ribet, para pengrajin kawakan tetap mempertahankan kualitas batik mereka dengan bahan-bahan alami. Zat pewarna yang didapat biasanya dari ekstrak tanaman-tanaman atau bunga.
Pada prinsipnya, pewarna alam dapat untuk mewarnai semua serat tekstil yang berasal dari serat-serat alam/setengah sintetis baik yang tergolong serat selulosa maupun protein. Pada dasarnya semua jenis bahan warna alam untuk mendapatkan warnanya dengan cara direbus. Kecuali pewarnaan dengan tumbuhan indigovera.
Zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia. Memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif. Warna batik tradisional di beberapa daerah dan jogja khususnya adalah biru tua, hitam, soga coklat dan putih. Untuk membuat kain batik berkualitas bagus tentu saja dibutuhkan pewarna alami. Rancangan busana maupun kain batik yang menggunakan zat warna alam memiliki nilai jual atau nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni dan warna khas, ramah lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif.

   B.     Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, maka timbul permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian pewarna alami
2. Bagaimana cara pembuatan pewarna kain dari ekstrak bahan alam
3. Bagaimana cara analisa pewarna alami

  C.     Tujuan

1.    Untuk mengetahui pengertian pewarna alami
2.    Untuk mengetahui cara pembuatan pewarna kain dari ekstrak bahan alam
3.    Untuk mengetahui cara analisa pewarna alami


  D.    Manfaat

     1.      Dapat mengetahui pengertian pewarna alami
     2.      Dapat mengetahui cara pembuatan pewarna kain dari ekstrak bahan alam
     3.      Dapat mengetahui cara analisa pewarna alami


BAB II
PEMBAHASAN

   A.    Pengertian

Proses pewarnaan kain dapat menggunakan pewarna alami maupun sintetis. Pewarna alami kain berasal dari tumbuh-tumbuhan. Bahan membuat pewarna alami antara lain: daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tinggi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu (Morinda citrifolia), kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana).
Bahan tekstil yang diwarnai dengan zat warna alam adalah bahan-bahan yang berasal dari serat alam contohnya sutera,wol dan kapas (katun). Sutera memiliki ikatan paling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.
Pewarna soga adalah bahan pewarna yang diperoleh dari kulit tumbuhan tertentu. Jenis tanaman penghasil bahan pewarna tersebut, yang terutama digunakan sebagai bahan pewarna batik adalah Peltophorum pterocarpa. Bahan pewarna yang disebut soga jambal ini diambil dari kulit yang telah ditumbuk dan berwarna cokelat gelap. Kulit kayu Ceriops candolleana menghasilkan soga tinggi yang berwarna merah. Dari jenis Cudranis javonenses diperoleh soga begerm yang berwarna kuning.

   B.     Cara Pembuatan Pewarna Kain dari Ekstrak Alami

Untuk membuat soga, bisa diambil campuran kulit kayu tinggi 5kg, kulit kayu jambal 10kg dan kulit tegeran 3kg. Bahan-bahan itu dipotong kecil-kecil, dicuci dan direbus kemudian disaring diambil ekstraknya. Ekstrak atau air soga ini setelah dingin siap dipakai untuk menyoga kain.
Langkah-langkah proses ekstraksi untuk mengeksplorasi zat pewarna alam dalam skala rumah tangga adalah sbb:
1. Potong menjadi ukuran kecil – kecil bagian tanaman yang diinginkan misalnya: daun, batang , kulit atau buah. Bahan dapat dikeringkan dulu maupun langsung diekstrak. Ambil potongan tersebut seberat 500 gr.
2. Masukkan potongan-potongan tersebut ke dalam panci. Tambahkan air dengan perbandingan 1:10. Contohnya jika berat bahan yang diekstrak 500gr maka airnya 5 liter.
3. Rebus bahan hingga volume air menjadi setengahnya (2,5liter). Jika menghendaki larutan zat warna jadi lebih kental volume sisa perebusan bisa diperkecil misalnya menjadi sepertiganya. Sebagai indikasi bahwa pigmen warna yang ada dalam tumbuhan telah keluar ditunjukkan dengan air setelah perebusan menjadi berwarna. Jika larutan tetap bening berarti tanaman tersebut hampir dipastikan tidak mengandung pigmen warna.
4. Saring dengan kasa penyaring larutan hasil proses ekstraksi tersebut untuk memisahkan dengan sisa bahan yang diesktrak (residu). Larutan ekstrak hasil penyaringan ini disebut larutan zat warna alam. Setelah dingin larutan siap digunakan.

   C.     Cara Analisa

    ·         Cara analisa zat pewarna alami bisa dilakukan dengan meode spektrofotometri.
   ·         Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah : neraca analitik, gelas beker, labu ukur, waterbath, corong, kertas saring, dan spektrofotometer uv-vis.
   ·         Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades, metanol, HCl 0,1 N, Na-sulfat anhidrat, asam asetat, NaOH 10%, eter, sampel  
·                Prosedur kerja
a.       Preparasi sampel
1.      Ditimbang 2 gram sampel lalu dimasukkan ke dalam cawan penguap.
2.      Ditambahkan 16 tetes HCl.
3.      Ditambahkan 30 ml metanol.
4.      Dilelehkan diatas waterbath lalu disaring dengan kertas saring.
5.      Ditambahkan Na-sulfat anhidrat.
6.      Disaring kembali, lalu amati dengan spektrofotometri uv-vis.
b.      Pembuatan larutan baku
1.      Dibuat larutan baku dengan konsentrasi 100 ppm.
2.      Dari larutan tersebut dibuat larutan baku 10 ppm.
3.      Selanjutnya dibuat satu seri larutan baku dengan konsentrasi masing-masing 1;2;3;4;5 ppm, sebagai pelarut digunakan larutan HCl 0,1 N dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1 N.
c.       Penetapan kadar zat warna
1.      Masing-masing larutan diukur secara spektrofotometri uv-vis pada panjang gelombang 538 nm.
2.      Dihitung kadarnya dengan menggunakan kurva kalibrasi dengan persamaan regresi : y = ax + b.


BAB III
PENUTUP

   A.    Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa zat pewarna kain hasil ekstrak alam berasal dari tumbuh-tumbuhan. Cara pembuatan zat warna kain hasil ekstrak alam kebanyakan dibuat dengan metode ekstraksi. Salah satu cara analisa zat warna adalah dengan metode spektrofotometri.

   B.     Saran

Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif guna perbaikan makalah ini di masa mendatang.



DAFTAR PUSTAKA



1 comment:

  1. Visit juga kimia-analitik.blogspot.com

    ReplyDelete