Saturday, 15 October 2016

makalah analisa Cl



Klorida ( Cl )
Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl−. Garam dari asam klorida HCl mengandung ion klorida; contohnya adalah garam meja, yang adalah natrium klorida dengan formula kimia NaCl. Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl−. Kata klorida dapat pula merujuk pada senyawa kimia yang satu atau lebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Ini berarti klorida dapat berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh paling sederhana dari suatu klorida anorganik adalah hidrogen klorida (HCl), sedangkan contoh sederhana senyawa organik (suatu organoklorida) adalah klorometana (CH3Cl), atau sering disebut metil klorida. Asam klorida adalah zat atau larutan yang sangat korosif, yang merupakan sejenis asam kuat dari gas hidrogen klorida (HCI). Cairan zat asam klorida hampir mirip dengan zat asam yang terdapat dalam lambung, karena asam klorida sangat mudah merusak zat lain, maka dalam penyimpanannya memerlukan penanganan yang teliti.
            Klorin dapat ditemukan dalam jumlah besar di kerak bumi dan air laut. Di laut, klorin ditemukan sebagai bagian dari senyawa natrium klorida (NaCl), juga dikenal sebagai garam meja. Dalam kerak bumi, mineral yang paling umum mengandung klorin termasuk halit (NaCl), karnalit, dan silvit (KCl).Klorin adalah salah satu bahan kimia yang paling penting yang digunakan oleh industri. Miliaran ton klorin diproduksi setiap tahun di Amerika Serikat saja untuk digunakan dalam aplikasi industri. Klorin digunakan dalam pembuatan berbagai produk termasuk insektisida, obat-obatan, produk pembersih, tekstil, dan plastik.
Sifat fisik dan kimia
Simbol: Cl
Nomoratom: 17
Beratatom: 35,45
Klasifikasi: Halogen
Fase padaSuhuKamar:Gas
Berat jenis: 3.2g/L@0°C
Titik leleh: -101,5°C, -150,7°F
Titik didih:-34,04°C, -29,27°F
Ditemukan oleh: CarlWilhelmScheelediproduksipada tahun 1774, tapi ituSirHumphryDavyyang pertama kalimenyebutnyaunsurdanmenamakannyaklorinpada tahun 1810
Gas klorin pertama kali diproduksi oleh kimiawan Swedia Carl Wilhelm Scheele pada tahun 1774. Namun, selama bertahun-tahun para ilmuwan berpikir bahwa Klorin adalah gas yang terkandung dalam oksigen. Itu kimiawan Inggris Sir Humphry Davy yang membuktikan bahwa itu adalah unsur yang unik pada tahun 1810. Dia juga memberikan nama elemennya.Klorin mendapatkan namanya dari kata Yunani “chloros”, yang berarti “kuning-hijau.”
Dalam kondisi standar klorin adalah gas yang membentuk molekul diatomik. Ini berarti bahwa dua atom klorin bergabung bersama untuk membentuk Cl2. Gas klorin berwarna kuning kehijauan, memiliki bau yang sangat kuat (baunya seperti pemutih), dan beracun bagi manusia. Konsentrasi tinggi gas klorin bisa berakibat fatal.Klorin sangat reaktif dan sebagai hasilnya, tidak ditemukan dalam bentuk bebas di alam, tetapi hanya dalam bentuk senyawa dengan unsur-unsur lainnya. Klorin akan larut dalam air, tetapi juga akan bereaksi dengan air larut. Klorin akan bereaksi dengan semua elemen lain kecuali gas mulia.Kebanyakan senyawa klorin umum disebut klorida, tetapi juga membentuk senyawa dengan oksigen yang disebut klorin oksida.   
Clorida pada air minum
Khlorida terdapat dalam setiap air minum dan selokan. Pada umumnya sebagai garam netalik. Apabila dalam air minum terdapat natrium dan konsentrasi khlorida sebesar 200 mg/L, maka akan menyebabkan rasa air menjadi pahit. Khlorida sangat bermanfaat dalam makanan. Khlorida masuk melalui sistem pencernaan tanpa mengalami perubahan. Penggunaan zeolit didalam sabun dapat menyebabkan khlorida dalam jumlah besar didalam air limbah.
Khlorida didalam air ada dalam bentuk terikat atau bebas sebagai ion Cl-. Penetapan khlorida sangat penting untuk penetapan zat organik selain itu kandungan khlorida yang tinggi didalam air dapat menyebabkan rasa asin dan endapan korosif pada peralatan masak dan dapat merusak pipa-pipa air juga dapat mematikan tanaman. Pada umumnya air buangan mengandung khlorida lebih tinggi dibandingkan dengan air tanah karena sudah terkontaminasi, konsentrasi khlorida maksimum menurut SNI 06-6989.22-2004 adalah 300 mg/L ppm. Ketetapan ini hanyalah untuk mencegah perubahan rasa air dan bukan sebagai pencegah bahaya fisik.
Air mineral adalah air yang bebas dari mikroorganisme dan logam-logam berat yang layak untuk dikonsumsi. Air mineral biasanya diproduksi untuk dipasarkan sehingga kualitasnya harus memenuhi persyaratan untuk memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia.
Cara Pengambilan Sampel
1. Menentukan lokasi pengambilan sampel :
Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada air permukaan dan air tanah. Lokasi pengambilan sampel ditentukan berdasarkan tujuan dan keperluan pengambilan sampel :
a. Lokasi pengambilan sampel air permukaan :
Lokasi pengambilan sampel air permukaan dapat berasal dari daerah pengaliran sungai dan danau / waduk.
2. Pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai berdasarkan pada :
a. Sumber air alamiah :
Yaitu lokasi pada tempat yang belum terjadi atau masih sedikit pencemaran.
b. Sumber air tercemar :
Yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami perubahan atau dihilir sumber pencemar.
c. Sumber air yang dimanfaatkan
Yaitu lokasi pada tempat penyadapan pemenfaatan sumber air tersebut.
3. Pemantauan kualitas air pada danau / waduk berdasarkan pada :
a. Tempat masuknya sungai ke danau / waduk.
b. Ditengah danau / waduk.
c. Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan
d. Tempat keluarnya air danau / waduk.

Menentukan titik pengambilan contoh
a. Air permukaan.
Titik pengambilan contoh dapat dilakukan di sungai dan danau / waduk , dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Di sungai, titik pengambilan contoh di sungai dengan ketentuan :
(1). Sungai dengan debit kurang dari 5 m3 / detik, contoh diambil pada satu titik di tengah sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air.
(2). Sungai dengan debit antara 5 – 150 m3 / detik, contoh diambil pada dua titik masing-masing pada ada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air.
(3). Sungai dengan debit lebih dari 150 m3 / detik, contoh diambil minimum pada enam titik masing-masing pada jarak ¼. ½ dan ¾ lebar sungai pada 0,2 x dan 0,8 x kedalaman dari permukaan air.
2. Di danau / waduk, titik pengambilan contoh di danau / waduk dengan ketentuan :
(1). Danau / waduk yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh diambil pada dua titik dipermukaan dan di dasar danau / waduk.
(2). Danau / waduk dengan kedalaman antara 10-30 meter, contoh diambil pada tiga titik, yaitu : di permukaan, di lapisan termoklin dan di dasar danau / waduk.
(3). Danau / waduk dengan kedalaman antara 30 – 100 m, contoh diambil pada empat titik, yaitu di permukaan, di lapisan termoklin ( metalimnion), di atas lapisan hipolimnion dan di dasar danau / waduk.
(4) Danau / waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik pengambilan contoh dapat ditambah sesuai dengan keperluan. 

b. Air tanah
Titik pengambilan contoh air tanah dapat berasal dari air tanah bebas dan air tanah tertekan (artesis) dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Air tanah bebas
a. Pada sumur gali, contoh diambil pada kedalaman 20 cm dibawah permukaan air dan sebaiknya diambil pada pagi hari.
b. Pada sumur bor dengan pompa tangan / mesin, contoh diambil dari kran / mulut pompa tempat keluarnya air setalh air dibuang selama lebih kurang 5 menit.
2. Air tanah tertekan
a. Pada sumur bor eksplorasi, contoh diambil pada titik yang telah ditentukan sesuai keperluan eksplorasi.
b. Pada sumur observasi, contoh diambil pada dasar sumur setelah air dalam sumur bor / pipa dibuang sampai habis (dikuras) sebanyak tiga kali.
3. Pada sumur produksi contoh diambil pada kran / mulut pompa keluarnya air.
c. Air PAM :
Contoh diambil pada kran tempat keluarnya air, setelah kran air dibuka 1-2 menit.
d. Air kolam renang / air pemandian umum.
Sampel diambil pada beberapa titik pengambilan.

Pengambilan sampel
a. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan sifat fisika dan kimia air.
Tahapan pengambilan contoh untuk keperluan ini adalah :
1. Menyiapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan sumber air.
2. Membilas alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak tiga kali.
3. Mengambil contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam penampung sementara hingga merata.
4. Apabila contoh dimabil dari beberapa titik, maka volume contoh yang diambil dari setiap titik harus sama.

b. Pengambilan contoh untuk pemeriksaan Oksigen terlarut (DO)
Pengambilan contoh dapt dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Cara langsung
Tahapan pengambilan contoh dengan cara langsung sebagai berikut :
 300 ml serta dilengkapi dengan tutup asah.
±- Siapkan botol KOB (BOD) yang bersih dan mempunyai volume
- Celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol searah dengan aliran air, sehingga air masuk kedalam botol dengan tenang, atau dapat pula dengan menggunakan sifon.
- Isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan gelembung udara selama pengisian dan penutupan botol, kemudian botol di tutup.
- Contoh siap untuk dianalisis.
2. Dengan alat khusus
Tahapan pengambilan contoh / sampel dengan cara alat khusus sebagai berikut :
 300 ml serta dilengkapi dengan tutup asah.
±- Siapkan botol KOB (BOD) yang bersih dan mempunyai volume
- Masukkan botol ke dalam alat khusus (tipe Casella).
- Ikuti prosedur pemakaian alat tersebut.
Label contoh
Contoh yang telah dimasukkan ke dalam wadah contoh diberi label. Pada label dicantumkan keterangan mengenai :
a. Nomor contoh
b. Nama petugas pengambil contoh
c. Tanggal dan jam pengambilan contoh
d. Tempat pengambilan contoh
e. Jenis pengawet yang digunakan.

Pemeriksaan di Lapangan
Pekerjaan yang dilakukan meliputi :
1. Pemeriksaan unsur-unsur yang dapat berubah dengan cepat, dilakukan langsung setelah pengambilan contoh ; unsur-unsur tersebut antara lain : pH, suhu, daya hantar listrik, alkalinity, acidity dan oksigen terlarut.
2. Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam buku catatan khusus pemeriksaan di lapangan, yang meliputi : nama sumber air, tanggal pengambilan contoh, jam, keadaan cuaca, bahan pengawet yang ditambahkan dan nama petugas.

Pengolahan pendahuluan contoh
a. Penyaringan
Penyaringan contoh dilakukan untuk pemeriksaan parameter terlarut sebagai berikut :
1. Contoh yang akan disaring diukur volumenya sesuai dengan keperluan.
2. Masukkan ke dalam alat penyaring yang telah dilengkapi kertas saring yang mempunyai ukuran pori 0 – 0,45 um dan saring sampai selesai.
3. Air saringan ditampung ke dalam wadah yang telah disiapkan sesuai dengan keperluan.

b. Ekstraksi contoh untuk Pemeriksaan Pestisida
Ekstraksi contoh untuk pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut :
1. Contoh dikocok secara merata dan ukur volumenya sebanyak 1 liter dengan gelas ukur.
2. Tuangkan contoh ke dalam labu ekstrak.
3. Bilas gelas ukur dengan 60 ml campuran pelarut organik (n-heksana 85 % dan Diethyl ether 15 %), kemudian tuangkan pelarut organik tersebut ke dalam labu ekstrak dan kocok selama 2 menit.
 10 menit.
±4. Biarkan sampai terjadi pemisahan fase paling sedikit
5. Tampung fase air dari labu ekstrak ke dalam gelas ukur dan secara hati-hati tuangkanlah lapisan fase organik nelalui kolom yang berdiameter luar 2 cm dan berisi Na2SO4 bebas air setinggi 10 cm ke dalam wadah khusus.
6. Tuangkan kembali fase air di dalam gelas ukur tadi ke dalam labu ekstrak.
7. Ulangi langkah 3 sampai langkah 6 sebanyak 2 kali lagi.
 20 ml.
±8. Bilas kolom dengan pelarut Hexana
9. Satukan hasil ekstrak dalam botol khusus.

c. Ekstraksi contoh untuk Pemeriksaan Minyak dan Lemak
Ekstraksi contoh untuk Pemeriksaan ini dilakukan sebagi berikut :
1. Diukur 1 liter contoh dengan gelas ukur
2. Ditambahkan 5 ml asam chlorida (HCl 1:1) sampai pH <2.
3. Dimasukkan ke dalam labu ekstrak.
4. Gelas ukur tadi dibilas secara hati-hati dengan 30 ml pelarut organik (jenis pelarut organik disesuaikan dengan metode pemeriksaan yang digunakan) dan masukkan ke dalam labu ekstrak.
5. Kocok kuat-kuat selama 2 menit dan bila terjadi emulsi yang stabil (tidak terjadi pemisahan fase yang jelas), dikocok lagi selama 5-10 menit.
6. Dibiarkan sampai terjadi pemisahan fase.
7. Fase organiknya dikeluarkan melalui corong yang berisi kertas saring dan Na2SO4 ke dalam wadah contoh khusus.
8. Dimasukkan lagi 30 ml pelarut organik ke dalam labu ekstrak.
9. Ulangi langkah 5 sampai 8 sebanyak 2 kali lagi.
10. Hasil ekstrak disatukan ke dalam wadah contoh khusus.
11. Kertas saring dicuci dengan 10-20 ml pelarut organik dan disatukan dengan hasil ekstak ke dalam wadah comtoh khusus tadi.

Pengawetan contoh
1. Pengawetan cara Fisika
Pengawetan secara fisika dilakukan dengan cara pendinginancontoh pada suhu 4O C atau pembekuan.

2. Pengawetan cara Kimia
Pengawetan secara kimia dilakukan tergantung pada jenis parameter yang diawetkan. Beberapa cara pengawetan adalah senagai berikut :
1. Pengasaman, yaitu penambahan asam nitrat pekat atau asam klorida pekat atau asam sulfat ke dalam contoh sampai pH <2.
2. Penabahan biosida ke dalam contoh, jenis biosida dan dosisnya tercantum pada tabel 1
3. Penambahan larutan basa (biasanya larutan Na. Hidroksida, NaOH) kedalam contoh sampai pH 10-11.

Pengepakan dan pengiriman contoh
Contoh yang telah dimasukkan ke dalam wadah, diberi label. Pada label tersebut dicantumkan keterangan mengenai lokasi pengambilan, tanggal dan jam pengambilan, cuaca, jenis pengawet yang ditambahkan, petugas yang mengambil contoh dan sketsa lokasi.
Wadah-wadah contoh yang telah ditutup rapat dimasukkan ke dalam kotak yang telah dirancang secara khusus agar contoh tidak tertumpah selama pengangkutan ke laboratorium.

Penyajian data Hasil Pemeriksaan Lapangan
Hasil pemeriksaan lapangan disajikan sebagai berikut :
1. Hasil perhitungan pemeriksaan di lapangan dicatat dalam buku catatan lapangan.
2. Diteliti kembali cara perhitungan dan satuan yang dipakai.
3. Data dari catatan lapangan dipindahkan ke formulir data.



METODE PENELITIAN

SNI 06-6989.22-2004
   A.    Prinsip Metode Praktikum
Titrasi argentometri     : Sejumlah tertentu sampel yang mengandung ion Cl- diendapkan dengan penambahan larutan AgNO30,01 N dalam keadaan netral atau basa lemah. Kemudian dititrasi menggunakan indikator penolftalein dengan titik akhir titrasi dicapai pada saat larutan berubah dari warna kuning sampai berubah atau terbentuk warna merah bata.
                                                                                      
   B.     Reaksi
1  .      Reaksi Pembakuan
AgNO3(aq) + NaCl(aq)à AgCl(s) ↓ putih + NaNO3(aq)
2AgNO3(aq) + K2CrO4(aq) à Ag2CrO4(s)merah bata + 2KNO3(aq)
2  .      Reaksi sampel
AgNO3(aq) + Cl- (aq)→ AgCl (s)(putih) + NO3- (aq)
K2CrO4 (aq)+ 2AgCl (aq)→ Ag2CrO4 (s) (endapan merah bata) + 2KCl (aq)


   C.    Alat dan Bahan
1  .      Alat
a)    Buret 50mL
b)    Labu erlenmeyer 250 mL
c)    Labu ukur 100 mL
d)   Gelas ukur 10 mL
e)    Botol semprot
f)     Pipet volume
g)    Corong gelas
h)    Beaker glass 250 mL
i)      Statif dan klem

2.      Bahan
a)    Indikator kromat 5%
b)    AgNO3 0,01 N
c)    NaCl 0,01 N
d)   Aquadest
e)    Sampel air kolam ikan
   D.    Prosedur Praktikum
1.         Standarisasi larutan AgNO3 dengan larutan standar NaCl
  a.    Siapkan larutan standar NaCl sebanyak 0,01 N dalam 100 ml (BE=BM). NaCl yang digunakan harus dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 1100C.
  b.    Siapkan larutan AgNO3 0,01 N dengan menimbang ± 0,17 gram ke dalam labu ukur 100 ml (BE=BM).
  c.    Pipet 10 ml larutan NaCl kedalam erlenmeyer 250 ml
  d.   Tambahkan indikator kromat 1 mL.
  e.    Titrasi dengan larutan AgNO3 0,01 N sampai pertama kali terbentuk warna coklat kemerahan muncul tidak hilang.
  f.     Lakukan titrasi duplo.
  g.    Hitung normalitas AgNO3.

2.         Penetapan kadar sampel

  a.    Masukkan 50 mL sampel ke dalam erlenmeyer 250 mL.
  b.    Tambahkan indikator kromat 5% sebanyak 5 tetes.
  c.    Titrasi dengan AgNO3 0,01 N dari warna kuning sampai berubah atau terbentuk warna merah bata.
  d.   Catat volume titrasi.
  e.    Hitung kadar Cl­- melalui perhitungan.



DAFTAR PUSTAKA

http://fawinas.blogspot.co.id/2016/03/penentuan-kadar-klorida-cl-dalam-sampel.html


No comments:

Post a Comment