Friday, 27 January 2017

Makalah Analisa Madu


BAB I
PENDAHULUAN

     A.    DASAR TEORI
Madu adalah zat manis alami yang dihasilkan lebah dengan bahan baku nektar bunga. Diperlukan dua faktor untuk menghasilkan madu. Pertama, bunga yang nektarnya merupakan bahan baku pembuatan madu. Kedua, serangga yaitu lebah yang merupakan tenaga ahlinya. Nektar adalah senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar tanaman dalam bentuk larutan gula. Perubahan nektar menjadi madu dimulai ketika lebah pekerja membawa nektar ke sarangnya. Nektar yang berhasil dibawa pulang diberikan kepada lebah pekerja lainnya untuk dicampur dengan air liur dan dihilangkan airnya (Sarwono,B.,2001). 
Madu murni adalah cairan nektar bunga yang dihisap oleh lebah madu kedalam kantong madu didalam tubuhnya. Nektar bunga yang telah dihisap diolah dalam tubuh lebah dengan dicampur enzim tertentu kemudian dikeluarkan kembali ketempat penyimpanan madu di sarang lebah. Madu bermula dari nektar yang terdapat dalam bunga-bungaan pada tumbuhan. Lebah menyedot nektar tersebut dengan menggunakan lidah panjangnya yang berbentuk seperti tabung. Cairan manis tersebut kemudian disimpan dalam kantung madu dalam tubuh lebah dan kemudian mencampurnya dengan bahan-bahan kimia tertentu didalamnya. Ketika lebah kembali ke sarang, campuran dan bahan kimia tadi disimpan dalam sel dan setelah masak campuran tadi berubah menjadi madu. Mereka umumnya tertarik dengan warna dan juga bau bunga tersebut, bunga warna kuning dan biru lebih disukai oleh lebah.  
Madu palsu atau tiruan adalah larutan yang menyerupai madu. Dibuat tanpa pertolongan lebah atau menggunakan gula sebagai nektar. Umumnya mempunyai warna sama dengan madu asli. Karena itu bagi orang awam sulit untuk membedakan antara madu asli dan madu tiruan. Sekarang ini banyak oknum yang tidak memegang amanah. Hanya untuk mengejar keuntungan yang tidak seberapa tega mencelakakan kesehatan orang banyak. Mulai dari makanan kadaluarsa yang diolah lagi, daging sampah, daging gelonggongan, makanan yang berpengawet dan lain-lain. Madu pun tak luput dari sasarannya, madu palsu dapat dibuat dengan suatu rekayasa sehingga memiliki sifat, rasa dan aroma yang sangat mirip dengan madu asli. Oleh karena itu, kita harus memiliki pengetahuan untuk membedakan madu alami dan palsu. Pada perusahaan-perusahaan yang telah mendapat izin produksi akan mencantumkan keterangan produknya sehingga dapat diketahui apakah itu madu asli atau sintetis. Madu sintetis yang beredar di antaranya adalah madu melon, labu semangka, dan kurma. 
 Zat penting lainnya pada madu adalah vitamin terutama tiamin, riboflavin, biotin, asam askorbat, piridoksin, niacin, asam pantotenat, dan macam-macam enzim seperti amilase, glukosa oksidase, katalase, invertase, diastase, peroksidase, pospatase asam dan enzim-enzim proteolitik. Semua enzim ini berasal dari nektar, serbuk sari, dan sekresi kelenjar saliva lebah.
Karakteristik fisik madu
a. Sifat Higroskopis
Madu bersifat higroskopis, yakni kemampuan suatu bahan untuk menarik air dari udara sekitarnya hingga mencapai kesetimbangan. Sifat higroskopis ini dikarenakan madu merupakan larutan gula yang lewat jenuh (supersaturated solution) dan tidak stabil.
b. Tekanan Osmosis
Madu merupakan larutan lewat jenuh (supersaturated solutions) dari karbohidrat, sehingga dikatakan medium hiperormotik. Sekitar 84% padatan pada madu adalah campuran dari monosakarida, yakni fruktosa dan glukosa.
c. Kadar Air
Kadar air madu secara langsung menentukan kualitas madu, jika kadar air tinggi kualitas madu rendah. KAdar air dalam madu dipengaruhi oleh iklim, pengelolaan saat panen, dan jenis nectar atau cairan manis yang dikumpulkan oleh lebah.
Nektar dan Madu
Nektar adalah senyawa komplek yang dihasilkan oleh kelenjar “necterifire” tanaman   dalam bentuk larutan gula dengan konsentrasi yang bervariasi.
Komponen utama dari nektar adalah sukrosa, fruktosa dan glukosa disamping terdapat juga dalam jumlah sedikit zat-zat gula lainnya seperti maltosa, melibiosa, rafinosa serta turunan karbohidrat lain.
Zat-zat lain yang jumlahnya sangat sedikit juga terdapat seperti asam-asam organik, resin, protein, garam dan mineral.
Komposisi mineral dalam madu Mineral
Konsentrasi/100 gram
Kalsium (ca)
4.40 – 92.0 mg
Tembaga (Cu)
0.003 – 0.10 mg
Besi (Fe)
Magnesium (Mg)
1.20 – 3.50 mg
Mangan (Mn)
0.02 – 0.40 mg
Posfor (P)
1.90 –6.30 mg
Natrium (Na)
0.00 – 7.60 mg
Zinc (Zn)
0.03 – 0.40 mg

Persyaratan Madu Menurut SNI 01-3545-2004
N0
JENIS UJI
SATUAN
PERSYARATAN
1.
Aktivitas enzim diastase
DN
Min 3
2.
Hidroksimetilfurfural
Mg/kg
Maks 50
3.
Air
% b/b
Maks 22
4.
Gula pereduksi(dihitung sebagai glukosa)
% b/b
Min 65
5.
Sukrosa
% b/b
Maks 5
6.
Keasaman
ml NaOH 1N/kg
Maks 50
7.
Padatan yang tak larut dalam air
% b/b
Maks 0,5
8.
Abu
% b/b
Maks 0,5
9.
Cemaran logam
Pb(timbale)
Cu(tembaga)

mg/kg
mg/kg

Maks 1,0
Maks 5,0
10.
Cemaran Arsen
mg/kg
Maks 0,5


BAB II
   ISI
A.    Uji Aktivitas Enzim Diatase
 Prinsip
Larutan pati yang ditambahkan iod akan menghasilkan warna biru. Enzim diastase akan mengubah pati menjadi gula. Dengan adanya aktifitas enzim diastase warna biru pada larutan pati akan hilang. Semakin tinggi aktifitas enzim semakin cepat hilangnya warna biru dari pati.
Alat dan Bahan
Alat :
   a)      Neraca Analitik
   b)      Gelas piala
   c)      Spatula
   d)     Labu Ukur     25 ml
   e)      Pipet Ukur     10 ml
   f)       Erlenmeyer
   g)      Penjepit tabung reaksi
  h)     Fotometer fotoelektrik, pembacaan pada 660 nm (dengan filter merah) atau 600 nm (filterintervensi) dengan cell 1 cm.
   i)        Penangas air, suhu (40 ± 0,2) 0C.
   j)        Tabung reaksi.
Bahan :
    a)      Sample madu
    b)      Larutan stock iod
   c)      Larutan iod 0,0007 N
   d)     Larutan dapar asetat pH 5,3 (1,59 M) 
   e)      Larutan natrium klorida 0,5 M
   f)       Aguadest
   g)      Larutan pati


cara kerja :
Persiapan contoh
1.      Timbang 5 gram madu kedalam piala 50 ml
2.      Tambahkan 10 ml – 15 ml air dan 2,5 ml larutan dapar asetat 1,59 M . ( dalam keadaan dingin larutan diaduk sampai contoh madu larut seluruhnya )
3.      Pindahkan larutan contoh ini kedalam labu ukur 25 ml yang berisi 1,5 ml larutan NaCl 0,5 M ,tepatkan sampai tanda tera dengan air (larutan harus didapatkan dahulu sebelum ditambahkan larutan NaCl).
Penetapan absorban 
        1.      Pipet 10 ml larutan contoh
       2.      Masukkan kedalam tabung reaksi 50 ml dan letakkan dalam penangas air 400 ± 0,20C bersama dengan erlenmeyer berisi larutan pati.
       3.      Setelah 15 menit, pipet 5 ml larutan pati dan masukan kedalam larutan contoh  
      4.      Kocok dan hidupkan stopwatch.Setiap interval waktu 5 menit, pipet 1 ml campuran contoh tersebut dan tambahkan kedalam 10,00 ml larutan iod
     5.      Campurkan, kemudian encerkan sampai volume seperti sebelumnya dan tetapkan nilai absorbannya pada panjang gelombang 660 nm.
     6.      Catat waktu sejak pencampuran pati dengan madu sampai dengan pada penambahan cairan kepada iod sebagai waktu reaksi (letakkan pipet 1 ml dalam tabung reaksi untuk digunakan kembali apabila cairan diambil kembali)
      7.      Lanjutkan pengambilan larutan dalam selang waktu tertentu sampai diperoleh nilai A< 0,235.

B.          Uji hidroksimetilfurfural (HMF)

Prinsip

Perbedaan absorbansi contoh pada panjang gelombang 284 nm dari 336 nm dengan larutan natrium bisulfit (NaHSO3) sebagai pembanding.
Alat dan Bahan
Bahan
a)      Sample madu
b)      Alkohol
c)      Aquadest
d)     Larutan Carrez I
e)      Larutan Carrez II
f)       Natrium bisulfit (NaHSO3) 0,20 %
Alat
a)      Neraca analitik
b)      Spatula
c)      Gelas piala       50 ml
d)     Pipet ukur        10 ml
e)      Tabung reaksi
f)       Kertas saring
g)      Labu ukur        50 ml
h)      Spektrofotometer yang biasa dipakai harus mempunyai panjang gelombang 284 nm dan 336 nm, mempunyai sel 1 cm.
Cara kerja
     1.      Timbang dengan teliti 5 g madu (sampai ketelitian 1 mg) dalam piala gelas kecil
     2.      Masukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan bilas dengan air sampai volume larutan 25 ml.
     3.      Tambahkan 0,50 ml larutan Carrez I
     4.      Kocok dan tambahkan 0,50 ml larutan Carrez II
     5.      Kocok kembali dan encerkan dengan air sampai dengan tanda garis
     6.      Tambahkan setetes alkohol untuk menghilangkan busa pada permukaan
     7.      Saring melalui kertas saring, dan buang 10 ml saringan pertama.
     8.      Pipet 5ml saringan dan masing-masing masukkan kedalam tabung reaksi
    9.      Pipet 5ml air dan masukan kedalam salah satu tabung (contoh) dan 5ml 0,20 % Natrium bisulfit kedalam tabung lainnya (pembanding)
   10.  Kocok sampai tercampur sempurna (Vordex mixer) dan tetapkan absorban contoh terhadap reference (pembanding) dalam cell 1cm pada panjang gelombang 284nm dan 336nm
     11.  Bila absorban lebih tinggi dari 0,6 untuk memperoleh hasil yang teliti,
    12.  Mengecerkan larutan contoh dengan air sesuai kebutuhan.
  13.  Demikian juga dengan larutan pembanding (larutan referensi) encerkan dengan cara sama dengan menggunakan larutan NaHSO3 0,1%, nilai absorban yang diperoleh dikalikan dengan faktor pengenceran sebelum perhitungan.

C.          Uji Kadar Air

1. Analisis Kadar Air dengan Metode Karl Fischer I (Osbornne danVoogt, 1978)

 Prinsip
Air dalam sampel kering dititrasi dengan pereaksi Karl Fischer yang terdiri dari sulfur dioksida, piridin, iodium, dan metanol anhidrat. Pereaksi distandarisasi dengan air kristal dan sodium asetat hidrat. Titik akhir titrasi ditentukan secara elektrometrik yang menggunakan teknik penghentian titik akhir (dead stop).

Pereaksi dan peralatan
Pereaksi yang digunakan antara lain:
1.      Sample madu
2.      Metanol anhidrat yang mengandung 1% piridin. Pengeringan metanol dilakukan dengan cara distilasi bersama sejumlah kecil magnesium dan beberapa kristal iodin.
3.      Natrium asetat 3H2O.
4.      Pereaksi Karl Fischer yang dibuat dengan cara: sebanyak 133 g iod dilarutkan dalam 425 ml piridin kering. Ke dalam larutan ditambah 425ml metanol atau etilen glikol monometil eter dengan hati-hati. Setelah itu dinginkan pada ice bath sampai suhu kurang dari 4oC dan buble dalam 102 – 105 g SO2. Dibiarkan selama 12 jam. Pereaksi ini stabil, tetapi perlu distandarisasi setiap kali analisis dilakukan. Pereaksi ini distabilkan sehingga mengandung air lebih kurang 5 mg H2O/ml pereaksi.
5.      Pelarut Karl Fischer (campuran metanol anhidrat dan CHCl3 dalam jumlah yang sama).
Peralatan yang digunakan antara lain:
1.      Buret yang seluruhnya terbuat dari gelas: automatik filling type terhindar dari kemungkinan terkontaminasi oleh air.
2.      Peralatan elektrometrik dan galvanometer yang sesuai untuk teknik penghentian titik akhir dead stop.
3.      Bejana titrasi. Bermacam-macam bejana disediakan dengan agitasi melalui injeksi gas inert kering atau dengan magnetic stirer. Seluruh air harus dikeluarkan dengan menjaga tekanan gas inert sedikit positif (nitrogen atau CO2).

4.      Gelas beaker
5.      Oven
6.      Spatula
7.      Hot plate
8.      Botol semprot
9.      Erlenmeyer
10.  Neraca analitik
11.  Kondensor
12.  Klem dan statif
13.  Pipet ukur 50 ml
14.  Labu alas bulat


2. Standarisasi Pereaksi Karl Fischer
  1. Kandungan air CH3COONa.3H2O ditentukan dengan teliti dengan mengeringkan dalam oven yang bersuhu 120oC selama 4 jam. 
  2. Sebanyak 0,4 g CH3COONa.3H2O dimasukkan ke dalam labu berdasar bulat yang telah dikeringkan sebelumnya. 
  3. Ke dalam labu ditambahkan 40 ml metanol dengan cepat dan labu ditutup.
  4. Dilakukan pengadukan sampai larut sempurna. Sebanyak 10 ml larutan dititrasi denga pereaksi Karl Fischer sampai tercapai titik akhir dan volume titran yang terpakai dicatat. 
  5. Sebanyak 10 ml metanol (sebagai blangko) dititrasi dengan pereaksi Karl Fischer sampai tercapai titik akhir dan volume titran yang terpakai dicatat (metanol direfluks dulu selama 15 menit).
  6. Standarisasi dilakukan setiap kali pereaksi Karl-Fisher akan digunakan.

a.      Prosedur
  1. Sejumlah sampel madu ditimbang ke dalam labu 50 ml dengan bagian dasar bulat yang telah dikeringkan sebelumnya. 
  2. Sebanyak 40 ml dimasukkan dengan cepat ke dalam labu. 
  3. Labu direfluks selama dengan cepat selama 15 menit. 
  4. Sebelumnya alat refluks dipakai untuk mereflus metanol saja selama 15 menit dan dibiarkan selama 15 menit agar kondisinya sesuai untuk dipakai selanjutnya. 
  5. Setelah refluks selesai, pemanas diangkat tetapi labu dibiarkan tetap terpasang pada kondensor selama 15 menit.
  6.  Labu dipindahkan dan ditutup dengan penutup yang sesuai. 
  7. Sebanyak 10 ml larutan dimasukkan ke dalam bejana titrasi serta dititrasi dengan pereaksi Karl Fischer sampai tercapai titik akhir. 
  8. Volume titran yang digunakan dicatat. Blangko titrasi ditentukan dengan mengambil 10 ml alikuot dari 40 ml metanol yang telah direfluks
D.         Uji Keasaman
Prinsip
Netralisasi asam dengan basa.

Alat dan Bahan

Alat
  1.       Batang pengaduk
  2.       Beaker glass    50 ml ;100 ml ; 250 ml
  3.       Buret               50 ml
  4.      Cawan porselin           35 ml dan 50 ml
  5.       Erlenmeyer      250 ml
  6.        Gelas ukur       10 ml ; 50 ml ; dan 100 ml
  7.       Perkamen
  8.       Pipet tetes
  9.         Spatula
  10.         Statif dan klem
  11.       Tissue
Bahan
  1.       Aquadest
  2.       Indikator PP
  3.       Kalium biftalat ( KHP )
  4.      Samlpe Madu
  5.       NaOH 0.1 N bebas CO2
  6.        pH meter

Prosedur

1.      Pembuatan larutan baku NaOH
a)      Timbang 1,006 gram NaOH
b)      Larutkan dalam 250 ml aquadest

2.      Pembakuan NaOH 0,1 N (Fi edisi lll 1979 )
a)      Timbang 250 mgram Kalium biftalat yang telah di keringkan pada suhu 1050C selama 2 jam
b)      Tambahkan 10 ml aquadest untuk melarutkan KHP
c)      Tambahkan indikator PP 3 tetes
d)     Titrasi dengan NaOH hingga berubah warna menjadi merah jambu

3.      Uji keasaman dalam madu
a)      Timabang dengan teliti 10 gram madu, masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml kemudian larutkan dengan aquadest dan tambahkan 3-4 tetes indikator PP
b)      Titar dengan NaOH 0,1 N hingga  tercapai TAT
c)      Catat volume NaOH 0,1 yang dibutuhkan untuk titrasi
d)     Sebagai alternatif, dapat digunakan pH meter dan contoh dititar sampai pH 8,3
e)      Hitung keasaman dalam madu

E. Uji Gula Pereduksi sebagai Glukosa dan Sukrosa
 Prinsip                   :
-   Gula invert dalam sampel direaksikan dengan Luff Schoorl.
-   Kelebihan larutan Luff Schoorl dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3.
-   Kadar gula invert dalam sampel dihitung dengan menggunakan daftar kesetaraan.
-   Kadar sakarosa dihitung dari seslisih kadar gula setelah inversi
     Reaksi                    :          H  
                                          |         
                                     R - C - H + 2CuO       Cu2O + R - COOH
                                                CuO + H2SO4          CuSO4 + CO2 + H2SO4
                                                CuSO4 + 2KI          CuI2 + I2
                                                I2 + Na2S2O3          Na2S4O6 + 2 NaI

Bahan          :
  • -   H2SO4              6 N
  • -   HCl                   0,1 N & 4 N
  • -   NaOH               0,1 N
  • -   Indikator MO   0,1 %
  • -   Na2S2O3          0,1 N
  • -   KI                     20 %
  • -   Amylum            1 %
  • -   Luff Schoorl
  • -   Zn Asetat          1,5 N
  • -   K3Fe(CN)6       1 N
                  Alat
  • Neraca analitik
  • Labu takar             500 ml
  • Labu takar             100ml
  • Pipet volume         50 ml
  • Pipet volume         25 ml
  • Pipet volume         15 ml
  • Erlenmeyer            250 ml
  • Corong gelas
  • Hot plate
  • Pipet tetes
  • Buret                     50 ml
  • spatula
Prosedur              :
Persiapan Sampel
  1. Ditimbang 1,0 gr sampel, dimasukkan dalam labu takar 500 ml di tambah aquadest sampai tanda batas, disaring.
PK GULA Sebelum Inversi
                  1.       Dipipet seksama 10,0 ml hasil saringan sampel.
2.       Dimasukkan kedalam stop erlenmeyer / iodine flask.
3.    Ditambah 25,0 ml larutan Luff Shoorl dan batu didih, dihubungkan dengan pendingin udara.
4.      Dipanaskan sampai mendidih 10 menit.
5.    Didinginkan sampai betul-betul dingin, dalam keadaan pendingin udara masih menempel pada stop erlenmeyer.
6.      Ditambah 25 ml H2SO4 6 N sedikit demi sedikit sambil digoyang.
7.      Ditambah 15 ml KI 20 % dengan hati-hati melalui dinding stop erlenmeyer.
8.      Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning muda.
9.      Ditambah 5ml amylum 1 %.
10.   Dititrasi kembali sampai warna biru hilang.
11.    Dilakukan percobaan blanko dengan 25,0 aqudest.
PK Gula Setelah Inversi
1.       Dipipet 25,0 ml hasil saringan sampel, dimasukkan labu takar 100 ml.
2.       Ditambah 3 tetes indicator MO 1 %.
3.      Ditambah beberapa tetes HCl 4 N sampai warna merah.
4.      Ditambah 15 ml HCl 0,1 N, di campur.
5.      Dipanaskan pada waterbath suhu 80°C selama 30 menit, didinginkan segera.
6.     Dinetralkan dengan NaOH 0,1 N tetes demi tetes sampai terbentuk warna jingga.
7.      Ditambah aquadest sampai ad 100 ml, dihomogenkan.
8.      Dipipet 25,0 ml larutan di atas dimasukkan dalam stop erlenmeyer.
9.      Ditambah batu didih, ditutup pendingin udara.
10.   Dipanaskan sampai mendidih 10 menit, didinginkan.
11.    Ditambah 25 ml H2SO4 6 N sedikit demi sedikit sambil digoyang.
12.    Ditambah 15 ml KI 20 % dengan hati-hati melalui dinding stop erlenmeyer.
13.   Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning muda.
14.   Ditambah 5ml amylum 1 %.
15.   Dititrasi kembali sampai warna biru hilang.
16.   Dilakukan percobaan blanko dengan 25,0 aqudest.

E.     Uji Kadar Abu
Prinsip
Kadar abu suatu bahan dapat ditetapkan  secara gravimetri. Penentuan kadar abu merupakan cara pendugaan kandungan mineral bahan pangan secara kasar. Bobot abu yang diperoleh sebagai perbedaan bobot cawan berisi abu dan cawan kosong. Apabila suatu sampel di dalam cawan abu porselen dipanaskan pada suhu tinggi sekitar 650°C akan menjadi abu berwarna putih.
Alat dan Bahan :
a)      Cawan crushsible
b)      Desikator
c)      Gegap besi
d)     Oven
e)      Pipet tetes
f)       Tanur
g)      Timbangan analitik
Bahan :
Sampel madu
Cara Kerja
1.      Menyiapkan alat dan bahan
2.      Memasukkan cawan crush ke dalam oven suhu 110ºc selama 3 jam
3.      Memasukkan cawan ke dalam desikator selama 15 menit
4.      Menimbang cawan crush dengan timbangan analitik hingga diperoleh nilai konstan (0,0002 g/0,2mg)
5.      Apabila belum konstan diulang perlakuan ke 2-4 dengan selisih waktu 2 jam hingga 1 jam
6.      Menimbang  dengan seksama sampel sebanyak 2 gram
7.      Memasukkan ke dalam tanur pada suhu 600ºc hingga menjadi abu
8.      Memasukkan dalam oven suhu 110ºc selama 30 menit
9.      Mendinginkan didesikator selama 15 menit
10.  Menimbang bobot cawan porselen beserta abu
11.  Mencatat berat konstan
12.  Menghitung berat abu

G. Uji Kekentalan
Alat dan Bahan :
a)      Viscometer Oswald
b)      Labu ukur 100 ml
c)      Gelas beaker 250ml
d)     Piknometer 10 ml
e)      Neraca analitik
f)       Thermometer
g)      Rubber bulp
h)      Gelas ukur 10 ml
i)        Buret 50 ml
j)        Stopwatch

Bahan :
Sampel madu
Cara Kerja
1.      Buat larutan sampel 1 M dalam labu ukur, serta encerkan cairan hingga konsentrasi yang ditentukan dan tempatkan pada masing masing gelas beaker
2.      Masukkan 5 ml cairan ini ke dalam viscometer Oswald
3.      Ukur waktu yang dibutuhkan masing masing cairan
4.      Lakukan beberapa kali percobaan
5.      Tentukan massa jenis masing masing cairan yang telah dibuat dengan piknometer
6.      Lakukan hal yang sama untuk cairan pembanding
7.      Hitung viskositas masing masing cairan


No comments:

Post a Comment