BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kunyit (Curcuma domestica Val)
termasuk salah satu tanaman rempah dan obat, habitat asli tanaman ini meliputi
wilayahAsia khususnya Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami persebaran
ke daerahIndo-Malaysia,Indonesia,Australia bahkan Afrika. Hampir setiap
orangIndonesia danIndia serta bangsaAsia umumnya pernah mengkonsumsi tanaman
rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga
kesehatan dan kecantikan.Kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang tata
pengairannya baik, curah hujan 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun dan di
tempat yang sedikit terlindung. Tapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih
besar diperlukan tempat yang lebih terbuka. Rimpang kunyit berwarna kuning
sampai kuning jingga.
Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah
diketahui yaitu minyak atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan
senyawa monoterpen dansesquiterpen (meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone), zat warna kuning yang disebut kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%, monodesmetoksikurkumin dan
bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium, besi
dan vitamin C.
Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan komponen terbesar. Sering
kadar total kurkuminoid dihitung
sebagai % kurkumin, karena kandungan kurkumin paling besar dibanding komponen kurkuminoid lainnya. Karena alasan tersebut
beberapa penelitian baik fitokimia maupun farmakologi lebih ditekankan
pada kurkumin.
B.
Tujuan
1.
Untuk memanfaatkan kunyit sebagai pewarna alternatif
kain.
2. Untuk
membuat pewarna alami dari kunyit.
3. Untuk mengetahui zat warna yang terkandung dalam
kunyit.
4.
Untuk menentukan
secara kuantitatif kadar zat warna yang terkandung dalam kunyit dengan alat
instrument spektrofotometer Uv Vis.
C.
Manfaat
1.
Mengetahui cara pembuatan zat warna dari kunyit
2.
Mengetahui jenis pewarna kain alternatif dari bahan
yang ramah lingkungan dan mudah didapatkan
3.
Mengetahui kandungan dalam kunyit yang memiliki
kemampuan untuk melakukan pewarnaan pada kain
4.
Meningkatkan aspek harga jual kunyit dan dapat membantu
petani kunyit dari segi financial
D.
Waktu dan
Tempat Pelaksanaan
Praktikum analisa zat warna dengan spektrofotometer UV – Vis ini
dilaksanakan pada hari Kamis, 19 Januari 2017. Bertempat di Laboratorium Kimia
Instrumen SMK N 1 Temanggung.
BAB II
ISI
A.
Sejarah dan Perkembangan
Tanaman Kunyit
Menurut Kartasapoetra (1992) sejarah
dan perkembangan tanaman kunyit (Curcuma domestica Val) merupakan tanaman obat
asli dari Asia Tenggara kunyit dapat tumbuh di
dataran rendah maupun dataran tinggi sampai pada ketinggian 2000 meter
di atas permukaan laut.
Tumbuh liar di ladang dan di hutan kunyit dapat ditanam di pekarangan
sebagai tanaman untuk bumbu dan untuk keperluan obat-obatan, saat ini kunyit
ditanam secara monokultur, sebab kebutuhan kunyit meningkat, kunyit juga untuk keperluan ekspor
ke berbagai Negara.
Nama umum kunyit. Sunda (koneng),
Jawa (kunir), Inggris (curcuma, indian saffron, yellow ginger) Vietnam (khuong
hoang, nghe) Thailand (khamin) Pilipina (dilaw) Cina (yu jin, jiang huang)
Jepang (taamerikku, ukon). Kartasapoetra (1992) mengklasifikasikan tanaman kunyit sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom :Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi :
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :
Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili :
Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma
longa L.
B. Deskripsi Tanaman
Kunyit merupakan tanaman semak, tingginya dapat mencapai
70 cm sampai 1 meter. Batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang, warnanya
hijau kekuningan. Berdaun tunggal, lanset memanjang, helai daun tiga sampai
delapan, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12,5
cm, pertulangan menyirip, hijau pucat. Bunga majemuk, berambut, bersisik,
tangkai panjang 16-40 cm, mahkota panjang ± 3 cm, lebar ± 1,5 cm, kuning,
kelopak silindris, bercangap tiga, tipis,
ungu, pangkal daun pelindung putih, ungu dan akar serabut, coklat muda
(Soedibyo, 1997).
C. Khasiat Tanaman Kunyit
Secara empiris rimpang (Curcuma domestica) berkhasiat
sebagai obat demam, obat mencret, obat sesak nafas, obat radang
hidung, dan penurun panas. Soedibyo (1997) menyatakan bahwa rimpang kunyit
berkhasiat untuk stomatik, antispasmodik (mencegah atau meredakan), anti
inflamasi, anti bakteri, dan kholeretik. Menurut pakar pengobatan alami
Wijayakusuma (2010) “kunyit mengandung kurkumin yang bersifat tonikum
berkhasiat sebagai penyegar dan meningkatkan stamina sehingga badan tidak
cepat lelah”. Hasil penelitian Tze-Pin Ng (2003) dari Universitas Nasional
Singapura (NUS) Kurkumin pada kunyit selain anti alzheimer juga berfungsi dalam
mengobati berbagai jenis penyakit karena senyawa tersebut sebagai anti tumor
promoter, antioksidan, anti mikroba, anti radang dan anti virus. Selain itu
kurkumin pada kunyit berperan dalam
meningkatkan sistem imunitas tubuh.
Kunyit (Curcuma domestica) merupakan salah satu jenis
tanaman obat yang banyak memiliki manfaat, di antaranya sebagai bumbu masak.
Rimpang kunyit sangat bermanfaat sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan
darah, obat cacing, abat asma, penambah darah, usus buntu dan rematik. Selain
berkhasiat dalam pengobatan, rimpang kunyit juga banyak digunakan untuk bahan
pewarna makanan, minuman, tekstil, bahan campuran kosmetika, bakterisida,
fungisida dan stimulan. Kunyit juga dapat dimanfaatkan untuk mencegah Alzheimer
atau penyakit pikun (Ballitro, ?). Soedibyo (1997) menyatakan bahwa
kegunaan rimpang kunyit
untuk“kolestrol tinggi, maag,
nifas, nyeri haid,
sakit kuning, sakit
perut, gatal (obat luar), kurap, luka, dan radang gusi”.
D. Kandungan Kimia
Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah
diketahui yaitu minyak atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa
monoterpen dan sesquiterpen (meliputi
zingiberen, alfa dan beta-turmerone), zat warna kuning yang disebut
kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%, monodesmetoksikurkumin
dan bidesmetoksikurkumin), protein,
fosfor, kalium, besi dan vitamin C. Dari ketiga senyawa kurkuminoid
tersebut, kurkumin merupakan komponen terbesar (Sumiati, 2010)Senyawa
kimia yang terdapat
di dalam rimpang
kunyit adalah minyak atsiri dan
kurkumi-noid. Minyak atsiri mengandung senyawa seskuiterpen, alkohol, tur-meron
dan zingiberen, sedangkan kurkuminoid mengandung senyawa kurkumin dan
turunannya (berwarna kuning) yang meliputi desmetoksi-kurkumin dan
bidesmetoksikurku-min. Selain itu rimpang
juga mengandung senyawa
gom, lemak, protein,
kalsium, fosfor dan
besi (Ballitro). Menurut Soedibyo (1997)
“rimpang kunyit mengandung zat pahit”. Bagian yang digunakan yaitu rimpang
kunyit (Curcuma domestica rhizoma). Soedibyo (1997) menyatakan bahwa “(Curcuma
domestica) memiliki sifat khas yaitu pahit, mendinginkan, membersihkan darah
dan melancarkan darah”.
E. Isolasi Kurkumin Dalam Kunyit
Kurkumin
Kurkumin
mempunyai rumus molekul C21H20O6 (BM = 368). Sifat kimia kurkumin yang menarik
adalah sifat perubahan warna akibat perubahan pH lingkungan. Kurkumin berwarna
kuning atau kuning jingga pada suasana asam, sedangkan dalam suasana basa
berwarna merah. Kurkumin dalam suasana basa atau pada lingkungan pH 8,5-10,0
dalam waktu yang relatif lama dapat mengalami proses disosiasi, kurkumin
mengalami degradasi membentuk asam ferulat dan feruloilmetan. Warna kuning
coklat feruloilmetan akan mempengaruhi warna merah dari kurkumin yang
seharusnya terjadi. Sifat kurkumin lain yang penting adalah kestabilannya
terhadap cahaya (Tonnesen, 1985; Van der Good, 1997). Adanya cahaya dapat
menyebabkan terjadinya degradasi fotokimia senyawa tersebut. Hal ini karena adanya gugus
metilen aktif (-CH2-) diantara dua gugus keton pada senyawa tersebut. Kurkumin
mempunyai aroma yang khas dan tidak bersifat toksik bila dikonsumsi oleh
manusia. Jumlah kurkumin yang aman dikonsumsi oleh manusia adalah 100 mg/hari
sedangkan untuk tikus 5 g/hari (Rosmawani dkk, 2007)(Rahayu, 2010).
Sifat-sifat kurkumin adalah sebagai berikut(Wahyuni,
2004): Berat molekul : 368.37 (C = 68,47 %; H = 5,47 %; O = 26,06 %)
Warna : Light yellow Melting point : 183ºC
Larut dalam alkohol dan asam asetat glasial dan tidak larut dalam
air
Kurkumin dapat ditemukan pada dua bentuk tautomer, yaitu
bentuk keto dan bentuk enol. Struktur keto lebih stabil atau lebih banyak
ditemukan pada fasa padat, sedangkan struktur enol lebih dominan pada fasa cair
atau larutan (Yudha, 2009).
Rumus struktur kurkumin adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1.2 Rumus struktur kurkumin
Kurkumin atau diferuloimetana pertama kali diisolasi
pada tahun 1815. Kemudian tahun 1910, kurkumin didapatkan berbentuk kristal dan
bisa dilarutkan tahun 1913. Kurkumin tidak dapat larut dalam air, tetapi larut
dalam etanol dan aseton (Joe dkk., 2004; Chattopadhyay dkk., 2004; Araujo dan
Leon, 2001). Sedangkan menurut Kiso (1985) kurkumin merupakan senyawa yang
sedikit pahit,
larut dalam aseton, alkohol, asam asetat glasial dan alkali hidroksida, serta
tidak larut dalam air dan dietileter.
Kandungan kunyit berupa zat kurkumin 10 %,
Demetoksikurkumin 1-5 % Bisdemetoksikurkumin, sisanya minyak atsiri atau
volatil oil (Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%,
felandren, sabinen, borneol dan sineil), lemak 1-3%, karbohidrat 3%, protein
30%, pati 8%, vitamin C 45-55%, dan garam-garam Mineral (Zat besi, fosfor, dan
kalsium) (Sharma R.A, A.J. Gescher, W.P. Steward, 2005).
F. Proses Ekstraksi Zat Warna
Menurut R.H.MJ. Lemmens dan N Wulijarni-Soetjipto (1999)
sebagian besar warna dapat diperoleh
dari produk tumbuhan, pada jaringan tumbuhan terdapat pigmen tumbuhan penimbul
warna yang berbeda tergantung menurut struktur kimianya. Golongan pigmen
tumbuhan dapat berbentuk klorofil,
karotenoid, flovonoid dan kuinon. Untuk itu pigmen – pigmen alam tersebut perlu dieksplorasi dari
jaringan atau organ tumbuhan dan dijadikan larutan zat warna alam untuk
pencelupan bahan tekstil. Proses eksplorasi dilakukan dengan teknik ekstraksi
dengan pelarut air.
Proses pembuatan larutan zat warna alam adalah proses untuk
mengambil pigmen – pigmen penimbul warna yang berada di dalam tumbuhan baik
terdapat pada daun, batang, buah, bunga, biji ataupun akar. Proses eksplorasi
pengambilan pigmen zat warna alam disebut proses ekstraksi. Proses ektraksi ini
dilakukan dengan merebus bahan dengan pelarut air. Bagian tumbuhan yang di
ekstrak adalah bagian yang diindikasikan paling kuat/banyak memiliki pigmen
warna misalnya bagian daun, batang,
akar, kulit buah, biji ataupun buahnya.
Dalam melakukan proses ekstraksi/pembuatan larutan zat
warna alam perlu disesuaikan dengan berat bahan yang hendak diproses sehingga
jumlah larutan zat warna alam yang dihasilkan dapat mencukupi untuk mencelup
bahan tekstil. Banyaknya larutan zat warna alam yang diperlukan tergantung pada
jumlah bahan tekstil yang akan diproses. Perbandingan larutan zat warna dengan
bahan tekstil yang biasa digunakan adalah 1: 10.
G.
Analisis dengan Spektrofotometer UV-Vis
Dilakukan uji dengan spektrofotometer UV-Vis untuk mengidentifikasi
senyawa apa saja yang terkandung dalam ekstrak yang kami peroleh. Prinsip kerja
dari spektrofotometer UV-Vis sendiri yaitu menyerap cahaya dari sampel yang
berwarna, untuk menyinari sampel dalam spektrofotometer UV-Vis menggunakan
lampu Tungsten, karena Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422ᴼC)
dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber
lampu. Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode spektrofotometer UV-Vis
yaitu ekstrak yang sudah dipreparasi tadi dimasukkan dalam kuvet untuk
dilakukan pengukuran panjang gelombang pada ekstrak kunyit dengan
spektrofotometer UV-Vis dengan aquadest sebagai blankonya.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.
Alat dan Bahan
Alat :
·
Neraca analitik
·
Gelas beaker
·
Labu ukur 50 ml
·
Waterbath
·
Corong
·
Kertas saring
·
Pipet
ukur 10 ml
·
Spektrofotometer UV-Vis
Bahan :
·
Akuades
·
Etanol 96%
·
Kunyit
·
Standar baku
B.
Prosedur
v Preparasi
sampel
1. Mencuci
kunyit yang telah di kupas yang didapat hingga bersih.
2. Memotong
kunyit dengan menggunakan pisau dan menghaluskan.
3. Menimbang
2 gram sampel lalu dimasukkan kedalam cawan penguap.
4. Menambahkan
30 ml etanol 96%.
5. Memanaskan
diatas water bath lalu menyaring dengan kertas saring.
6. Lalu
mengamati dengan spektrofotometri UV-Vis.
v Pembuatan
larutan baku
1.
Membuat larutan baku dengan konsentrasi 100 ppm.
2.
Membuat larutan baku 10 ppm dari larutan di atas.
3.
Selanjutnya membuat satu seri larutan baku dengan
konsentrasi masing-masing 1;2;3;4;5 ppm, sebagai pelarut digunakan larutan
aquadest dan sebagai blanko digunakan
aquadest.
v Analisa
Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS
1. Mengambil
sebanyak 10 mL ekstrak kunyit dan mengencerkan kedalam labu ukur 50 mL dengan
menggunakan pelarut aquadest.
2. Memasukkan
sampel ke dalam kuvet yang telah dibersihkan. Pastikan tidak ada kotoran maupun
sidik jari praktikan pada kuvet.
3. Menghidupkan
alat selama 10 menit sebagai fungsi pemanasan.
4. Memilih
mode % transmitansi dengan menekan tombol MODE.
5. Mengatur
panjang gelombang berdasarkan warna dari sampel yang akan dianalisa yaitu 430
nm
6. Sebagai
blanko, memasukkan aquadest ke dalam kuvet (mencuci terlebih dahulu dengan aquadest
dan membersihkan kuvet dengan menggunakan tisu), kemudian memasukkan kuvet ke
dalam alat spektrofotometer.
7. Menekan
tombol T100% / 0-Abs sampai layar terbaca T 100% atau 0,000 A .
8. Melakukan
pengujian pada sampel ekstrak kunyit dan larutan baku dengan memasukkan kuvet
berisi sampel dan larutan baku ke dalam spektrofotometer UV-VIS pangjang
gelombang 405 dan 422nm.
9. Menganalisa
hasil yang didapat.
v Proses
pewarnaan kain
1. Menyiapkan
alat dan bahan
2. Memasukkan
kunyit ke dalam panci yang berisi air secukupnya
3. Menunggu
hingga mendidih dan warna dari kunyit keluar
4. Jika
warna air telah pekat, menyaring air yang berisi kunyit tersebut
5. Memasukkan
kain kedalam air ekstrak kunyit dan memanaskan.
6. Menunggu
hingga air berkurang dan warna semakin pekat
7. Mengangkat
kain dan mengeringkan
C.
Hasil Pengamatan
Zat
warna
|
Panjang
gelombang
|
Pengenceran
|
Absorbansi
|
Konsentrasi
|
Kurkuminoid
|
430
nm
|
50
|
1,374
|
3,246
ppm
|
D.
Perhitungan
Konsentrasi sesungguhnya = konsentrasi x FP
=
3,246 x 50 = 162,3 ppm
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan analisa warna kunyit dengan
spektrofotometer UV-Vis beserta pengaplikasianya pada kain. Analisa ini
dilakukan untuk mengetahui konsentrasi sesungguhnya dari kunyit yang telah
dilakukan ekstraksi. Pada tahap preparasi sampel untuk analisa zat warna
dilakukan dengan cara memanaskan ekstak kunyit yang telah ditambah dengan
ethanol 96% yang bertujuan untuk mengekstrak kunyit agar warna yang dihasilkan
lebih pekat. Sebelum dilakukan analisa zat warna dengan spektrofotometer,
ekstrak kunyit yang didapat diencerkan menggunakan pelarut air dengan faktor
pengenceran sebesar 50. Hal tersebut dilakukan agar zat yang didapat tidak
terlalu pekat sehingga dapat dianalisa dengan spektrofotometer UV-Vis.
Standar yang dilakukan pada analisa ini adalah zat warna tartrazine, agar
analisa yang dilakukan lebih valid maka dalam pembuatan larutan standar ini
dibuat 5 larutan standar dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 1 ppm, 2 ppm, 3
ppm, 4 ppm, 5 ppm. Kelima larutan tersebut dibuat dari larutan baku yang
memiliki konsentrasi 100 ppm dengan cara mengencerkan 10 mg tartrazin dalam 100
ml aquadest.
Analisa dilakukan dengan alat
Spektrofotometer UV-Vis. Prinsip kerja dari spektrofotometer UV-Vis sendiri
yaitu menyerap cahaya dari sampel yang dianalisa.
Berdasarkan
sumber yang didapat panjang gelombang yang digunakan yaitu 405-422, akan tetapi
setelah sampel dianalisa dengan panjang gelombang tersebut tidak didapatkan
hasil sesuai yang diinginkan, sehingga dilakukan analisa dengan cara manual
dengan mencari panjang gelombang yang memiliki absorbansi paling tinggi yaitu
terletak pada panjang gelombang 430 nm sehingga pengukuran sampel dilakukan
pada panjang gelombang tersebut.
Nilai absorbansi yang didapat dari
analisa sampel kunyit yaitu sebesar 1,374. Sehingga didapatkan konsentrasi
kurkumin dalam sampel sebesar 162,3 ppm.
Pada
tahap pengaplikasiannya, sampel yang telah halus dilarutkan dalam air dengan
perbandingan 1 : 10 yang kemudian dipanaskan hingga zat warna dari sampel
keluar yang ditandai dengan warna larutan yang lebih pekat. Untuk pewarnaanya,
kain direndam dan dipanaskan dalam larutan sampel selama 10 menit agar zat
warna lebih meresap pada kain.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.
Spektrofotometri UV – Vis adalah teknik analisis
spektroskopi yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dan
sinar tampak dengan menggunakna instrumen spektrofotometer.
2.
Prinsip kerja dari spektrofotometer UV-Vis yaitu menyerap cahaya dari sampel yang
dianalisa sehingga konsentrasi sampel dapat diketahui.
3.
Nilai absorbansi yang didapat dari analisa sampel
kunyit yaitu sebesar 1,374 sehingga didapatkan konsentrasi kurkumin dalam
sampel sebesar 162,3 ppm.
B.
Saran
1.
Sebelum melakukan pengujian praktikan lebih selektif
dalam memilah sumber atau referensi yang digunakan untuk praktikum.
2.
Ketika melakukan pengujian praktikan lebih bersikap
tenang dan teliti sehingga hasil yang didapatkan lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment