SOP Sertifikasi
Produk Non-Pangan Produk Farmasi
Vitamin B6
Metode
Titrasi Bebas Air
Tujuan
Siswa dapat menentukan kualitas
mutu suatu obat yang mengandung vitamin B6
Dasar teori
Asam-asam
dan basa lemah yang sukar larut dalam air atau kurang reaktif dalam pelarut
air, penetapan kadarnya dapat ditentukan dengan metode alkalimetri atau
asidimetri dengan menggunakan pelarut yang bukan air, atau dalam lingkungan
yang bebas air. Keberataan air harus dihindari karena air dapat bersifat
sebagai basa maupun asam. Air ini akan berkompetisi engan suatu analat yang
bersifat asam lemah ketika dititrasi secara alkalimetri , demikian pula
sebaliknya air akan berkompetisi dengan analat yang bersifat basa lemah ketika
dititrasi secara asidimetri.
Pada
dasarnya titrasi bebas air merupakan titrasi netralisasi, tetapi berbeda dengan
konsep Arrhenius. Menurut Arrhenius reaksi netralisasi adalah reaksi antara
ion-ion hydrogen dengan ion-ion hidroksida dalam larutan asam-basa berair.
Dalam titrasi bebas air netralisasi didefinisikan sebagai reaksi antara
senyawa-senyawa protofilik lemah yang cenderung untuk menerima pasangan
electron bebas dengan senyawa – senyawa protofilik kuat yang cenderung memberikan
pasangan electron bebas sehingga membentuk ikatan kovalen koordinasi.
Asidimetri
dalam titrasi bebas air diterapkan untuk analat-analat yang bersifat basa lemah
seperti senyawa-senyawa amina, garam-garam amina, senyawa-senyawa nitrogen
heterosiklik, garam-garam alkali dari asam-asam organic, garam –garam alkali
dari asam-asam anorganik lemah dan asam –asam amino. Pelarut yang digunakan
untuk melarutkan analat-analat tersebut dapat berfsifat netral atau asam
tergantung sifat dari analat yang akan dianalisa. Titran yang digunakan
biasanya asam perklorat dengan pelarut asam asetat glacial atau pelarut yang
lebih netral seperti dioksan, indicator ynag digunakan untuk penentuan titik
akhir titrasi adalah Kristal violet,metal rosanilin klorida , merah kuinaldin ,
alfa naftol benzein, dan hijau malakit.
Piridoksina
HCl (Vitamin B6) termasuk dalam kelompokvitamin B kompleks.
Perananya dalam kesehatan sebagai koenzim untuk embantu memperlancar proses
metabolism karbohidrat, lemak dan protein yang berujung pada pelepasan energy.
Vitamin ini juga berperan penting dalam metabolism asam amino dan system imun
tubuh. Piridoksina HCl memiliki rumus kimia C8H11NO3.HCl
dengan nama IUPAC 4,5-bis (hidroksimetil) 2 – metal piridin – 3 – 01
hidroklorida
Gugus
piridoksina (C8H11NO3) dalam vitamin B6
merupakan basa lemah dapat ditentukan kadarnya dengan metode titirasi bebas air
secara asidimetri. Dalam metode ini sejumlah sampel vitamin B6 dilarutkan dalam
asam oksalat glacial dan dititrasi menggunkan asam perklorat (HClO4)
yang dilarutkan dalam asam asetat glacial, untuk penentuan titik akhir titrasi
digunkan indicator Kristal violet.
Berikut ini reaksi –reaksi yang
terjadi selama tahap analisa
Dalam titrai ini keberadaan asam
klorida harus dihindari, karena HCl juga akan bereaksi dengan sampel yang
bersifat basa, sehingga hasil analisa tidak kuantitatif. Untuk mencegah hal
tersebut maka pada pelarutan sampel ditambahkan larutan merkuri asetat (Hg( CH3COO
)2) sehingga terbentuk merkuri klorida yang mengendap.
2C16H19ClN2
+ Hg( CH3COO )2 + 2HClO4 → 2C16H19ClO4N2
+ 2CH3COOH + HgCl2
Alat
1.
Timbangan analitik
2.
Tabung reaksi
3.
Pipet ukur 10 ml
4.
Rak tabung reaksi
5.
Botol timbang
6.
Pipet tetes
7.
Rubber bulb
8.
Buret 50 ml
9.
Beaker glass 100 ml/150 ml
10. Beaker
glass 250 ml
11. Batang
pengaduk pendek
12. Spatula
13. Mortal
and pastle
14. Corong
gelas
15. Erlenmeyer
250 ml / 300 ml
16. Cawan
porselin
17. Thermometer
18. Baskom
plastic
19. Lampu
spirtus
20. Kaki
tiga
21. Segitiga
porselin
22. Labu
ukur
23. Eksikator
24. Tanur
25. Oven
Bahan
1.
Sampel vitamin B6
2.
HClO4 pa
3.
CH3COOH glacial
4.
Hg(CH3COO)2 pa
5.
Ethanol (Alhokol) 95%
6.
Larutan NaCH3COO 20%
7.
Larutan H3BO3 4 %
8.
Larutan diklorokinonklorimida 0,5% dalam etanol
95%
9.
Aquadest
10. Kristal
violet
11. Es
batu
12. Eter
Cara Kerja
No
|
Tugas
|
Procedure
|
Alasan
|
1
|
Melakukan uji kualitatif ( uji
pendahuluan )
|
1.
Memasukkan dalam 2 tabung reaksi masing-masing
1 ml larutan sampel 0,01%
2.
Tambahkan pada masing –masing tabung 2 ml
larutan NaCH3COO 20%
3.
Pada tabung pertama 1 ml larutan H3BO3
4 %
4.
Dinginkan kedua tabung hingga suhu 200C
5.
Pada masing – masing tabung menambahkan dengan
cepat 1 ml larutan
diklorokinonklorimida 0,5% dalam ethanol 95%
|
a.
Uji pendahuluan bertujuan untuk menentukan ada
tidaknya vitamin B6 dalam sampel
b.
Sampel positif vitamin B6 jika pada
uji pendahuluan tabung pertama terjadi warna biru yang segera memucat dan
setelah beberapa menit berubah menjadi merah, dalam tabung kedua tidak
terjadi warna biru
|
2
|
Melakukan uji organoleptik
|
1.
Mengambil struktur fisiknya
2.
Mengamati warna , bau, dan rasa
|
a.
Untuk menentukan karakteristik organoleptik
sampel sesuai dengan standar yang ditetapkan atau tidak
|
3
|
Melakukan uji kelarutan
|
1.
Kelarutan dalam air
a.
Menghaluskan sampel
b.
Menimbang 0,1 gram sampel halus
c.
Memasukkan dalam tabung reaksi
d.
Menambahkan 10 ml aquadest
2.
Kelarutan dalam ethanol 95%
a.
Menghaluskan sampel
b.
Menimbang 0,1 gram sampel halus
c.
Memasukkan dalam tabung reaksi
d.
Menambahkan 10 ml alkohol
|
a.
Uji kelarutan bertujuan untuk menentukan
kelarutan sampel vitamin B6 sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan atau tidak pada pelarut tertentu
|
4
|
Membuat larutan HClO4 0,1 N
sebanyak 100 ml
|
1.
Menghitung banyaknya HClO4 60%
massa jenis 1,53 kg/l yang dibutuhkan untuk membuat larutan HClO4 0,1
N
2.
Larutkan dalam beaker glass yang berisi CH3COOH
glacial
3.
Memasukkan kedalam labu ukur 100 ml
4.
Menambahkan CH3COOH glacial sampai
tanda tera.
5.
Mengomogenkan larutan tersebut
|
a.
Larutan HCLO4 0,1 N digunakan
sebagai titran dalam titrasi tak berair
|
5
|
Menganalisa kadar vit.B6
|
1.
Menghaluskan tablet vit.B6
2.
Menimbang sebanyak 400 mgram
3.
Memasukkan dalam Erlenmeyer
4.
Menambahkan 10 ml CH3COOH glacial
5.
Menambahkan 10 ml larutan Hg(CH3COO)2 6,06%
dalam CH3COOH glacial
6.
Menghangatkan sedikit hingga larut
7.
Mendinginkan hingga suhu kamar
8.
Menambahkan 2 tetes Kristal violet 0,2% dalam
CH3COOH glacial
9.
Mentitrasi pelan-pelan dengan larutan HClO4
0,1 N
10. TAT
tercapi bila terjadi perubahan warna dari ungu ke kuning ( ungu-hijau-kuning)
11. Melakukan
titrasi blangko
|
a.
CH3COOH glacial digunakan sebagai
pelarut amfiprotik yang dapat mengalami otoprotolisis , karean titrasi ini
harus bebas air
b.
Hg(CH3COO)2 ditambahkan
untuk mengendapkan klorida (Cl-) dalam sampel
|
Data pengamatan
1.
Uji organoleptik
Bau
|
Rasa
|
Warna
|
Netral
|
Asin
|
Putih
|
2.
Uji kelarutan
0,1 gram sampel dalam 10 ml air/aquadest
|
Sukar larut
|
0,1 gram sampel dalam 10 ml ethanol
|
Sukar larut
|
3.
Analisa pH Sampel
pH = 4
4.
Analisa kadar air
Wo
|
Ws
|
Wi
|
%Air
|
21,1875 gram
|
0,5010
gram
|
21,6715
gram
|
3,39
|
5.
Analisa kadar abu
Wo
|
Ws
|
Wi
|
%Abu
|
25,4040 gram
|
0,2005
gram
|
25,4132
gram
|
4,59%
|
6.
Analisa kadar vitamin B6
V
blanko
|
V
sampel
|
N
HClO4
|
Mr
vit.B6
|
Ws
sampel
|
% vit.B6
|
32,5 ml
|
23,6
ml
|
0,1
N
|
205,5
|
0,3996
|
45,77%
|
Perhitungan
Pembahasan
Pada
praktikum kali ini dilakukan analisis kualitas mutu suatu obat yang mengandung
vitamin B6 dengan menggunakan 6 parameter uji, diantaranya uji
organoleptik, uji kelarutan, analisis pH, analisis kadar air , kadar abu, dan
penetapan kadar vitamin B6 dengan metode titrasi bebas air.
Pada
tahap pertama dilakukan uji organoleptik sampel obat yang meliputi uji warna,
bau , dan rasa.
Diperoleh
data bahwa sampel obat memiliki warna putih, dengan bau net4ral seperti obat
lainya , dan memiliki rasa asim. Hal ini sudah sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
Pada
uji kelarutan , sampel dilakukan uji dengan tujuan untuk menentukan kelarutan
sampel vitamin B6 sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan atau tidak pada
pelarut tertentu. Sampel diuji kelarutanya dengan menggunakan dua larutan yaitu
aquadest dan ethanol. PAda uji kelarutan dengan ethanol dan aquadest tersebut,
sampel vitamin B6 tidak larut dikedua pelarut dengan perbandingan 0,1 gram sampel
yang dilarutkan dalam 10 ml larutan. Menurut farmakope Indonesia 1995 vitamin
B6 untuk uji kelarutan sampel harus mudah larut dalam air , sukar larut dalam
wthanol, dan tidak larut dalam petroleum eter. Sehingga dapat dikatakan bahwa
sampel yang diuji belum memenuhin standar yang ditetapkan Farmakope Indonesia.
Pengujian
selanjutnya adalah uji penyusutan atau yang lebih dikenal dengan nama analisa
kadar air. Pada analisa kadar air diperlukan penetapan berat konstan botol
timbang, pada penentapannya botol yimbang harus dalam kondisi bersih dan kering
untuk mempercepat pengonstananya. Berat botol timbang kosong yang diperoleh
sebesar 21,1875 gram dan berat sampel 0,5010 gram. Sampel dan botol timbang
tersebut dipanaskan dalam oven suhu 1050C selama 3 jam. Kadar air
dianggap sebagai kekurangan berat setelah pengeringan. Pada praktikum ini
diperoleh berat botol timbang dan sampel kering sebesar 21,6715 gram, sehingga
diperoleh kadar air dalam sampel sebesar 3,39%. Hal tersebut dibandingkan
dengan standar menurut Farmakope Indonesia 1995. Menurut standar tersebut kadar
air dalam sampel vit. B6 tidak lebih besar dari 0,5%, sehingga dapat dikatakan
bahwa sampel belum memenuhi standar yang ditetapkan.
Uji
pemijaran atau penentuan kadar abu lebih dulu dilakukan pengonstanan cawan
porselin dan diperoleh berat sebesar 25,4040 gram dengan berat sampel sebesar
0,2005 gram. Kadar abu dianggap sebagai sisa dalam cawan yang tidak habis
terbakar dalam tanur pada suhu 5500C . pada praktikum ini diperoleh
berat cawan dan abu sebesar 25,4132 gram sehingga diperoleh kadar air sebesar
4,59%. Hasil kemudian dibandingkan standar menurut Farmakope Indonesia yang
menyatakan bahwa sisa pemijaran (kadar abu) untuk vitami9n B6 tidak lebih dari
0,1% sehingga dapat dikatakan bahwa sampel yang dianalisa belum memenuhi
standar yang ditetapkan.
Uji
pH ini dilakukan untuk menentukan besarnya pH dalam sampel vitaminB6 tersebut.
Sebanyak 0,1 gram sampel dilarutkan kedalam aquadest kemudian dicek pH-nya
menggunakan kertas pH indicator. Besar pH yang diperoleh adalah 4 , menurut
Farmakope Indonesia 1995 dalam vitamin B6 pH larutanya ± 3, apabila hasil analisa dibandingkan dengan standar maka
hasilnya belum memenuhi standar yang tealh ditetapkan. Hal ini dapat terjadi
karena mungkin sampel yang akan dicek pH –nya dilarutkan dalam aquadest yang
pH-nya netral sehingga menaikan pH dalam sampel.
Pada analisa kadar vitamin B6
dilakukan dengan menggunakan metode titrasi bebas air, pemilihan metode ini
dikarenakan vitamin B6 merupakan basa lemah yang sukar larut dalam air atau
kurang reaktif dalam pelarut air, sehingga penetapan kadarnya dilakukan dengan
metode asidimetri dengan menggunakan pelarut bukan air atau dalam lingkungan
yang bebas air. Keberadaan air pada analisa ini harus dihindari karena air dapat
bersifat sebagai basa ataupun asam. Air akan berkompetisi dengan Vitamin B6
(analat) yang bersifat basa lemah ketika dititrasi secara asidimetri.
Pada dasarnya titirasi bebas air
merupakan titrasi netralisasi, yaitu reaksi antara senyawa – senyawa protofilik
lemah yang cenderung untuk menerima pasangan electron bebas dengan senyawa-senyawa
protofilik kuat yang cenderung memberikan pasangan electron bebas sehingga
membentuk ikatan kovalen koordinasi.
Dalam metode ini sejumlah sampel
ynag sudah dihaluskan dilarutkan dalam asam asetat glacial , asam asetat
glacial digunakan sebagai pelarut amfiprotik yang dapat mengalami
otoprotolisis.
Vitamin B6 (Piridoksina HCl) dalam asam assetat glacial
Kemudian ditambahkan larutan Hg(CH3COO)2
6,06% dalam asam asetat glacial, penambahan larutan ini digunakan untuk
mengendapkan klorida dalam sampel. Karena HCl/Klorida akan bereaksi dengan
sampel yang bersifat basa, sehingga hasil analisa tidak kuantitatif. Kemudian dititrasi
dengan menggunakan asam perklorat (HClO4) yang dilarutkan dalam asam asetat
glacial , untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indicator Kristal
violet 0,2% dalam asam asetat glacial.
Titran HClO4 dilarutkan dalam asam
asetat glacial
Titrasi
dilakukan secara perlahan sampai tercapai perubahan warna dari ungu ke kuning (
ungu-biru-hijau pekat-hijau pupus(kuning))
Reaksi antara vitamin B6
(piridoksina) dengan HClO4
Dari
hasil praktikum yang telah dilakukan , didapatkan volum titran yang dibutuhkan
untuk mentitrasi piridoksina sebesar 23,6 ml dengan V blanko 32,5 ml sehingga
didapatkan kadar Vitamin B6 sebesar 45,77%.
Menurut
farmakope Indonesia 1995 kandungan Piridoksina HCl tidak kurang dari 98% ,
apabila hasil yang diperoleh dibandingkan maka dapat dikatakan bahwa sampel
yang dianalisa belum memenuhi standar yang ditetapkan. Hal ini terjadi
kemungkinan dikarenakan adanya zat pengotor / Cl- yang belum terendapkan secara sempurna saat
penambahan Hg(CH3COO)2 sehingga hasil yang didapat kurang valid.
Kesimpulan
Dari praktikum yang telah
dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa :
1.
Pada uji kualitatif , sampel yang dianalisis positif
mengandung vitamin B6 yang ditandai dengan terbentuknya warna biru yang segera
memucat dan berubah warna menjadi merah.
2.
Pada uji organoleptik, sampel yang digunakan sudah
sesuai dengan standar yang ditetapkan
3.
pH sampel = 4
4.
Kadar abu dalam sampel sebeasr 4,59%
5.
Kadar air dalam sampel sebesar 3,39%
6.
Kadar vitamin B6 yang diperoleh sebesar 45,77%
Menurut Farmakope
Indonesia sampel yang dianalisa belum memenuhi standar yang ditetapkan
.
Vitamin B6 banyak kegunaan termasuk menghilangkan jerawat
ReplyDelete