Saturday, 19 November 2016

Analisa Vitamin B6



SOP Sertifikasi Produk Non-Pangan Produk Farmasi
Vitamin B6
Metode Titrasi Bebas Air

Tujuan
Siswa dapat menentukan kualitas mutu suatu obat yang mengandung vitamin B6
Dasar teori
Asam-asam dan basa lemah yang sukar larut dalam air atau kurang reaktif dalam pelarut air, penetapan kadarnya dapat ditentukan dengan metode alkalimetri atau asidimetri dengan menggunakan pelarut yang bukan air, atau dalam lingkungan yang bebas air. Keberataan air harus dihindari karena air dapat bersifat sebagai basa maupun asam. Air ini akan berkompetisi engan suatu analat yang bersifat asam lemah ketika dititrasi secara alkalimetri , demikian pula sebaliknya air akan berkompetisi dengan analat yang bersifat basa lemah ketika dititrasi secara asidimetri.
Pada dasarnya titrasi bebas air merupakan titrasi netralisasi, tetapi berbeda dengan konsep Arrhenius. Menurut Arrhenius reaksi netralisasi adalah reaksi antara ion-ion hydrogen dengan ion-ion hidroksida dalam larutan asam-basa berair. Dalam titrasi bebas air netralisasi didefinisikan sebagai reaksi antara senyawa-senyawa protofilik lemah yang cenderung untuk menerima pasangan electron bebas dengan senyawa – senyawa protofilik kuat yang cenderung memberikan pasangan electron bebas sehingga membentuk ikatan kovalen koordinasi.
Asidimetri dalam titrasi bebas air diterapkan untuk analat-analat yang bersifat basa lemah seperti senyawa-senyawa amina, garam-garam amina, senyawa-senyawa nitrogen heterosiklik, garam-garam alkali dari asam-asam organic, garam –garam alkali dari asam-asam anorganik lemah dan asam –asam amino. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan analat-analat tersebut dapat berfsifat netral atau asam tergantung sifat dari analat yang akan dianalisa. Titran yang digunakan biasanya asam perklorat dengan pelarut asam asetat glacial atau pelarut yang lebih netral seperti dioksan, indicator ynag digunakan untuk penentuan titik akhir titrasi adalah Kristal violet,metal rosanilin klorida , merah kuinaldin , alfa naftol benzein, dan hijau malakit.
Piridoksina HCl (Vitamin B6) termasuk dalam kelompokvitamin B kompleks. Perananya dalam kesehatan sebagai koenzim untuk embantu memperlancar proses metabolism karbohidrat, lemak dan protein yang berujung pada pelepasan energy. Vitamin ini juga berperan penting dalam metabolism asam amino dan system imun tubuh. Piridoksina HCl memiliki rumus kimia C8H11NO3.HCl dengan nama IUPAC 4,5-bis (hidroksimetil) 2 – metal piridin – 3 – 01 hidroklorida
Gugus piridoksina (C8H11NO3) dalam vitamin B6 merupakan basa lemah dapat ditentukan kadarnya dengan metode titirasi bebas air secara asidimetri. Dalam metode ini sejumlah sampel vitamin B6 dilarutkan dalam asam oksalat glacial dan dititrasi menggunkan asam perklorat (HClO4) yang dilarutkan dalam asam asetat glacial, untuk penentuan titik akhir titrasi digunkan indicator Kristal violet.
Berikut ini reaksi –reaksi yang terjadi selama tahap analisa

             
Dalam titrai ini keberadaan asam klorida harus dihindari, karena HCl juga akan bereaksi dengan sampel yang bersifat basa, sehingga hasil analisa tidak kuantitatif. Untuk mencegah hal tersebut maka pada pelarutan sampel ditambahkan larutan merkuri asetat (Hg( CH3COO )2) sehingga terbentuk merkuri klorida yang mengendap.
2C16H19ClN2 + Hg( CH3COO )2 + 2HClO4 → 2C16H19ClO4N2 + 2CH3COOH + HgCl2
 Alat

   1.      Timbangan analitik
   2.      Tabung reaksi
   3.      Pipet ukur 10 ml
   4.      Rak tabung reaksi
   5.      Botol timbang
   6.      Pipet tetes
   7.      Rubber bulb
   8.      Buret 50 ml
   9.      Beaker glass 100 ml/150 ml
  10.  Beaker glass 250 ml
  11.  Batang pengaduk pendek
  12.  Spatula
  13.  Mortal and pastle
  14.  Corong gelas
  15.  Erlenmeyer 250 ml / 300 ml
  16.  Cawan porselin
  17.  Thermometer
  18.  Baskom plastic
  19.  Lampu spirtus
  20.  Kaki tiga
  21.  Segitiga porselin
  22.  Labu ukur
  23.  Eksikator
  24.  Tanur
  25.  Oven



Bahan
   1.      Sampel vitamin B6
   2.      HClO4 pa
   3.      CH3COOH glacial
   4.      Hg(CH3COO)2 pa
   5.      Ethanol (Alhokol) 95%
   6.      Larutan NaCH3COO 20%
   7.      Larutan H3BO3 4 %
   8.      Larutan diklorokinonklorimida 0,5% dalam etanol 95%
   9.      Aquadest 
  10.  Kristal violet
  11.  Es batu
  12.  Eter
    
    Cara Kerja

No
Tugas
Procedure
Alasan
1
Melakukan uji kualitatif ( uji pendahuluan )
1.      Memasukkan dalam 2 tabung reaksi masing-masing 1 ml larutan sampel 0,01%
2.      Tambahkan pada masing –masing tabung 2 ml larutan NaCH3COO 20%
3.      Pada tabung pertama 1 ml larutan H3BO3 4 %
4.      Dinginkan kedua tabung hingga suhu 200C
5.      Pada masing – masing tabung menambahkan dengan cepat 1 ml  larutan diklorokinonklorimida 0,5% dalam ethanol 95%

a.       Uji pendahuluan bertujuan untuk menentukan ada tidaknya vitamin B6 dalam sampel

b.      Sampel positif vitamin B6 jika pada uji pendahuluan tabung pertama terjadi warna biru yang segera memucat dan setelah beberapa menit berubah menjadi merah, dalam tabung kedua tidak terjadi warna biru

2
Melakukan uji organoleptik
1.      Mengambil struktur fisiknya
2.      Mengamati warna , bau, dan rasa

a.       Untuk menentukan karakteristik organoleptik sampel sesuai dengan standar yang ditetapkan atau tidak
3
Melakukan uji kelarutan
1.      Kelarutan dalam air
a.       Menghaluskan sampel
b.      Menimbang 0,1 gram sampel halus
c.       Memasukkan dalam tabung reaksi
d.      Menambahkan 10 ml aquadest
2.      Kelarutan dalam ethanol 95%
a.       Menghaluskan sampel
b.      Menimbang 0,1 gram sampel halus
c.       Memasukkan dalam tabung reaksi
d.      Menambahkan 10 ml alkohol
a.       Uji kelarutan bertujuan untuk menentukan kelarutan sampel vitamin B6 sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan atau tidak pada pelarut tertentu
4
Membuat larutan HClO4 0,1 N sebanyak 100 ml
1.      Menghitung banyaknya HClO4 60% massa jenis 1,53 kg/l yang dibutuhkan untuk membuat larutan HClO4 0,1 N
2.      Larutkan dalam beaker glass yang berisi CH3COOH glacial
3.      Memasukkan kedalam labu ukur 100 ml
4.      Menambahkan CH3COOH glacial sampai tanda tera.
5.      Mengomogenkan larutan tersebut
a.       Larutan HCLO4 0,1 N digunakan sebagai titran dalam titrasi tak berair
5
Menganalisa kadar vit.B6
1.      Menghaluskan tablet vit.B6
2.      Menimbang  sebanyak 400 mgram
3.      Memasukkan dalam Erlenmeyer
4.      Menambahkan 10 ml CH3COOH glacial
5.      Menambahkan 10 ml larutan  Hg(CH3COO)2 6,06% dalam CH3COOH glacial
6.      Menghangatkan sedikit hingga larut
7.      Mendinginkan hingga suhu kamar
8.      Menambahkan 2 tetes Kristal violet 0,2% dalam CH3COOH glacial
9.      Mentitrasi pelan-pelan dengan larutan HClO4 0,1 N
10.  TAT tercapi bila terjadi perubahan warna dari ungu ke kuning ( ungu-hijau-kuning)
11.  Melakukan titrasi blangko
a.       CH3COOH glacial digunakan sebagai pelarut amfiprotik yang dapat mengalami otoprotolisis , karean titrasi ini harus bebas air
b.      Hg(CH3COO)2 ditambahkan untuk mengendapkan klorida (Cl-) dalam sampel



Data pengamatan

1.      Uji organoleptik
Bau
Rasa
Warna
Netral
Asin
Putih

2.      Uji kelarutan
0,1 gram sampel dalam 10 ml air/aquadest
Sukar larut
0,1 gram sampel dalam 10 ml ethanol
Sukar larut

3.      Analisa pH Sampel
pH = 4
4.      Analisa kadar air
Wo
Ws
Wi
%Air
21,1875 gram
0,5010 gram
21,6715 gram
3,39

5.      Analisa kadar abu
Wo
Ws
Wi
%Abu
25,4040 gram
0,2005 gram
25,4132 gram
4,59%

6.      Analisa kadar vitamin B6
V blanko
V sampel
N HClO4
Mr vit.B6
Ws sampel
% vit.B6
32,5 ml
23,6 ml
0,1 N
205,5
0,3996
45,77%

Perhitungan

 

 

Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan analisis kualitas mutu suatu obat yang mengandung vitamin B6 dengan menggunakan 6 parameter uji, diantaranya uji organoleptik, uji kelarutan, analisis pH, analisis kadar air , kadar abu, dan penetapan kadar vitamin B6 dengan metode titrasi bebas air.
Pada tahap pertama dilakukan uji organoleptik sampel obat yang meliputi uji warna, bau , dan rasa.
Diperoleh data bahwa sampel obat memiliki warna putih, dengan bau net4ral seperti obat lainya , dan memiliki rasa asim. Hal ini sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Pada uji kelarutan , sampel dilakukan uji dengan tujuan untuk menentukan kelarutan sampel vitamin B6 sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan atau tidak pada pelarut tertentu. Sampel diuji kelarutanya dengan menggunakan dua larutan yaitu aquadest dan ethanol. PAda uji kelarutan dengan ethanol dan aquadest tersebut, sampel vitamin B6 tidak larut dikedua pelarut dengan perbandingan 0,1 gram sampel yang dilarutkan dalam 10 ml larutan. Menurut farmakope Indonesia 1995 vitamin B6 untuk uji kelarutan sampel harus mudah larut dalam air , sukar larut dalam wthanol, dan tidak larut dalam petroleum eter. Sehingga dapat dikatakan bahwa sampel yang diuji belum memenuhin standar yang ditetapkan Farmakope Indonesia.
Pengujian selanjutnya adalah uji penyusutan atau yang lebih dikenal dengan nama analisa kadar air. Pada analisa kadar air diperlukan penetapan berat konstan botol timbang, pada penentapannya botol yimbang harus dalam kondisi bersih dan kering untuk mempercepat pengonstananya. Berat botol timbang kosong yang diperoleh sebesar 21,1875 gram dan berat sampel 0,5010 gram. Sampel dan botol timbang tersebut dipanaskan dalam oven suhu 1050C selama 3 jam. Kadar air dianggap sebagai kekurangan berat setelah pengeringan. Pada praktikum ini diperoleh berat botol timbang dan sampel kering sebesar 21,6715 gram, sehingga diperoleh kadar air dalam sampel sebesar 3,39%. Hal tersebut dibandingkan dengan standar menurut Farmakope Indonesia 1995. Menurut standar tersebut kadar air dalam sampel vit. B6 tidak lebih besar dari 0,5%, sehingga dapat dikatakan bahwa sampel belum memenuhi standar yang ditetapkan.
Uji pemijaran atau penentuan kadar abu lebih dulu dilakukan pengonstanan cawan porselin dan diperoleh berat sebesar 25,4040 gram dengan berat sampel sebesar 0,2005 gram. Kadar abu dianggap sebagai sisa dalam cawan yang tidak habis terbakar dalam tanur pada suhu 5500C . pada praktikum ini diperoleh berat cawan dan abu sebesar 25,4132 gram sehingga diperoleh kadar air sebesar 4,59%. Hasil kemudian dibandingkan standar menurut Farmakope Indonesia yang menyatakan bahwa sisa pemijaran (kadar abu) untuk vitami9n B6 tidak lebih dari 0,1% sehingga dapat dikatakan bahwa sampel yang dianalisa belum memenuhi standar yang ditetapkan.
Uji pH ini dilakukan untuk menentukan besarnya pH dalam sampel vitaminB6 tersebut. Sebanyak 0,1 gram sampel dilarutkan kedalam aquadest kemudian dicek pH-nya menggunakan kertas pH indicator. Besar pH yang diperoleh adalah 4 , menurut Farmakope Indonesia 1995 dalam vitamin B6 pH larutanya ± 3, apabila hasil analisa dibandingkan dengan standar maka hasilnya belum memenuhi standar yang tealh ditetapkan. Hal ini dapat terjadi karena mungkin sampel yang akan dicek pH –nya dilarutkan dalam aquadest yang pH-nya netral sehingga menaikan pH dalam sampel.
Pada analisa kadar vitamin B6 dilakukan dengan menggunakan metode titrasi bebas air, pemilihan metode ini dikarenakan vitamin B6 merupakan basa lemah yang sukar larut dalam air atau kurang reaktif dalam pelarut air, sehingga penetapan kadarnya dilakukan dengan metode asidimetri dengan menggunakan pelarut bukan air atau dalam lingkungan yang bebas air. Keberadaan air pada analisa ini harus dihindari karena air dapat bersifat sebagai basa ataupun asam. Air akan berkompetisi dengan Vitamin B6 (analat) yang bersifat basa lemah ketika dititrasi secara asidimetri.
Pada dasarnya titirasi bebas air merupakan titrasi netralisasi, yaitu reaksi antara senyawa – senyawa protofilik lemah yang cenderung untuk menerima pasangan electron bebas dengan senyawa-senyawa protofilik kuat yang cenderung memberikan pasangan electron bebas sehingga membentuk ikatan kovalen koordinasi.
Dalam metode ini sejumlah sampel ynag sudah dihaluskan dilarutkan dalam asam asetat glacial , asam asetat glacial digunakan sebagai pelarut amfiprotik yang dapat mengalami otoprotolisis.
Vitamin B6 (Piridoksina HCl) dalam asam assetat glacial
 
Kemudian ditambahkan larutan Hg(CH3COO)2 6,06% dalam asam asetat glacial, penambahan larutan ini digunakan untuk mengendapkan klorida dalam sampel. Karena HCl/Klorida akan bereaksi dengan sampel yang bersifat basa, sehingga hasil analisa tidak kuantitatif. Kemudian dititrasi dengan menggunakan asam perklorat (HClO4) yang dilarutkan dalam asam asetat glacial , untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indicator Kristal violet 0,2% dalam asam asetat glacial.
Titran HClO4 dilarutkan dalam asam asetat glacial
 
Titrasi dilakukan secara perlahan sampai tercapai perubahan warna dari ungu ke kuning ( ungu-biru-hijau pekat-hijau pupus(kuning))
Reaksi antara vitamin B6 (piridoksina) dengan HClO4
 

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan , didapatkan volum titran yang dibutuhkan untuk mentitrasi piridoksina sebesar 23,6 ml dengan V blanko 32,5 ml sehingga didapatkan kadar Vitamin B6 sebesar 45,77%.
Menurut farmakope Indonesia 1995 kandungan Piridoksina HCl tidak kurang dari 98% , apabila hasil yang diperoleh dibandingkan maka dapat dikatakan bahwa sampel yang dianalisa belum memenuhi standar yang ditetapkan. Hal ini terjadi kemungkinan dikarenakan adanya zat pengotor / Cl-  yang belum terendapkan secara sempurna saat penambahan Hg(CH3COO)2 sehingga hasil yang didapat kurang valid.

Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa :
1.      Pada uji kualitatif , sampel yang dianalisis positif mengandung vitamin B6 yang ditandai dengan terbentuknya warna biru yang segera memucat dan berubah warna menjadi merah.
2.      Pada uji organoleptik, sampel yang digunakan sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan
3.      pH sampel = 4
4.      Kadar abu dalam sampel sebeasr 4,59%
5.      Kadar air dalam sampel sebesar 3,39%
6.      Kadar vitamin B6 yang diperoleh sebesar 45,77%
Menurut Farmakope Indonesia sampel yang dianalisa belum memenuhi standar yang ditetapkan

.







1 comment: