SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
IDENTIFIKASI
MINERAL DALAM VITAMIN C
DENGAN SSA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis
fisika-kimia yang mengamati tentang interaksi antara atom atau molekul dengan
radiasi elektromagnetik (REM). Radiasi elektromagnetik panjang gelombang 380 nm - 780 nm
merupakan radiasi yang dapat diterima oleh panca indera mata manusia, sehingga
dikenal sebagai cahaya tampak (visibel). Diluar rentang panjang gelombang
cahaya tampak, REM sudah tidak dapat ditangkap oleh panca indera mata manusia
(Setiyowati, 2009).
Perkembangan ilmu
pengetahuan juga sejalan dengan perkembangan tekhnologi. Berbagai alat dengan
kecanggihan semakin meningkat. Hal ini juga termasuk perkembangan ilmu dan
tekhnologi dibidang kimia dan farmasi. Berbagai kecanggihan dibidang kimia dan
farmasi berkembang pesat, sehingga sangat membantu banyak orang dalam melakukan
riset dan penelitian terkini. Dan diantara perkembangan tersebut adalah
perkembangan dalam analisis farmasi yang erat kaitannya
dengan interaksi cahaya dengan materi,
yakni analisis terkait ilmu
spektroskopi atau spektrofotometri.
Para ahli kimia
sudah lama menggunakan warna sebagai suatu pembantu dalam mengidentifikasi zat
kimia. Dimana serapan atom telah dikenal bertahun-tahun yang lalu.
Dewasa ini penggunaan istilah spektrofotometri menyiratkan
pengukuran jauhnya penyerapan energi. Cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungsi dari
panjang gelombang tertentu. perpanjangan spektrofotometri serapan atom ke
unsur-unsur lain semula merupakan akibat perkembangan spektroskopi pancaran nyala. Bila disinari dengan benar, kadang-kadang dapat terlihat
tetes-tetes sampel yang belum menguap dari puncak nyala, dan gas-gas itu
terencerkan oleh udara yang menyerobot masuk sebagai akibat tekanan rendah yang
diciptakan oleh kecepatan tinggi, lagi pula sistem optis itu tidak memeriksa
seluruh nyala, melainkan hanya mengurusi suatu daerah dengan jarak tertentu di
atas titik puncak pembakar (Sudjadi, 2007).
Selain dengan
metode serapan atom unsur-unsur dengan energy eksitasi rendah dapat juga
dianalisis dengan fotometri nyala, tetapi untuk unsur-unsur dengan energy
eksitasi tinggi hanya dapat dilakukan dengan spektrometri serapan atom. untuk
analisis dengan garis spektrum resonansi antara 400-800 nm, fotometri nyala sangat berguna, sedangkan
antara 200-300 nm, metode aas lebih baik dari fotometri nyala. untuk analisis
kualitatif, metode fotometri nyala lebih disukai dari AAS, karena AAS memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode). Kemonokromatisan dalam aas merupakan syarat utama. suatu
perubahan temperature nyala akan mengganggu proses eksitasi sehingga analisis
dari fotometri nyala berfilter. dapat dikatakan bahwa metode fotometri nyala
dan aas merupakan komplementer satu sama lainnya (Watson, 2005).
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.
Bagaimana profil SSA?
2.
Apa saja jenis-jenis
SSA?
3.
Bagaimana instrumentasi
SSA?
4.
Bagaimana cara bekerja
dengan SSA?
5.
Bagaimana cara analisa
mineral dengan menggunakan SSA dalam bidang farmasi?
C.
Tujuan
Tujuan
makalah ini yaitu :
1)
Untuk mengetahui profil
SSA.
2)
Untuk menegatahui
jenis-jenis SSA.
3)
Untuk mengetahui
instrumentasi SSA.
4)
Untuk mengtahui cara
bekerja dengan SSA.
5)
Untuk mengetahui cara
analisa mineral yang terkandung dalam vitamin C.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Profil SSA
Metode Spektroskopi
Serapan Atom (SSA) mendasarkan pada prinsip absopsi cahaya oleh atom. Atom-atom
akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk
mengubah tingkat elektronik suatu atom yang mana transisi elektronik suatu atom
bersifat spesifik. Dengan menyerap suatu energi, maka atom akan memperoleh
energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan energinya ke
tingkat eksitasi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Prinsip SSA yaitu
atom-atom suatu logam diuapkan ke dalam suatu nyala dan serapannya pada suatu
pita radiasi sempit yang dihasilkan oleh suatu lampu katoda rongga, dilapisi
dengan logam tertentu yang sedang ditetukan, kemudian diukur. Kelebihan SSA
yaitu: (1) lebih peka dibanding SEA, (2) suatu metode analisis yang sangat
spesifik yang bermanfaat dalam beberapa aspek pengendalian mutu. Adapun
kekurangannya yaitu: (1) hanya dapat diterapkan pada unsur-unsur logam, (2)
masing-masing unsur memerlukan lampu katoda rongga yang berbeda untuk
penentuannya (Watson, 2010).
Keberhasilan analisis
dengan SSA ini tergantung pada proses esitasi dan cara memperoleh garis
resonansi yang tepat. Temperatur nyala harus sangat tinggi. Jumlah atom yang
tereksitasi dari keadaan azas (3s) ke keadaan tereksitasi 3p adalah kecil
(misal pada suhu 2500oK). Hal ini dapat diterangkan menggunakan Persamaan
Bolztman :
= exp (- )
dimana:
k : tetapan
Boltzman (1,38 x 10-16 energi/derajat Kelvin)
T : suhu dalam
derajat (K)
Ej : selisih
energi (erg) antara keadaan tereksitasi dengan keadaan azas
Nj : jumlah atom
dalam keadaan tereksitasi
No : jumlah atom
dalam keadaan azas
Pj : jumlah
keadaan kuatum dengan energi yang sama pada keadaan tereksitasi
Po : jumlah
keadaan kuantum dengan energi yang sama dalam keadaan azas (Gandjar dan Rohman, 2007).
Metode analisis berdasarkan serapan atom berpotensi
sangat spesifik karena garis serapan atom yang sangat sempit (0,002 sampai
0,005 nm) dan karena energi transisi elektronik yang unik untuk setiap elemen.
Di sisi lain, lebar garis tertentu menciptakan masalah tidak biasanya ditemui
dalam spektroskopi serapan molekul. Ada hubungan linear antara sinyal
analitik (absorbansi) dan konsentrasi. Hukum beer harus ditaati dan sumber cahaya harus relatif
sempit dengan puncak penyerapan lebar (Skoog
et al, 1998).
B.
Jenis-Jenis SSA
Berbagai teknik yang mencakup spektrometri
atom, antara lain Flame atomic
absorption spectroscopy (FAAS), graphite
furnace atomic absorption spectroscopy (GFAAS), inductively coupled plasma-atomic emission spectroscopy (ICP- AES)
dan inductively coupled plasma–mass
spectrometry (ICP-MS) telah digunakan selama bertahun-tahun untuk analisis
logam dan metaloid dalam berbagai jenis sampel, termasuk komponen farmasetik.
Baik tehnik FAAS dan GFAAS, yang didasarkan berdasarkan hukum Lambert-Beer, telah digunakan lebih lama untuk analisis logam
dan/atau metalod dalam obat-obatan dibandingkan ICP-AES atau ICP-MS. FAAS kurang sensitif dibandingkan GFAAS,
dengan FAAS umumnya memiliki kepekaan bagian per juta (ppm, w/w), dan GFAAS
mampu bagian per miliar (ppb, w/w). Baik FAAS dan GFAAS memerlukan penggunaan hollow katoda (HCL) atau electrodeless discharge lamp (EDL) untuk
setiap analit yang bersangkutan (Lewen, 2011).
Dalam FAAS, sampel cair dialirkan ke
dalam nyala melalui nebulizer. Dalam nebulizer, sampel diubah menjadi kabut,
dan tetesan kabut yang mudah terbakar dalam api, yang berperan sebagai sel
sampel. Nyala menyediakan sumber atom atau molekul netral atau untuk menyerap
energi, dan bertindak untuk mendesolvasi dan atomisasi sampel. Nyala api yang
paling umum digunakan adalah udara/asetilen api, yang membakar dalam kisaran
suhu 2120-2400◦C, sementara api nitrous oxide, yang dapat membantu
untuk menghancurkan oksida yang bisa terbentuk, membakar dalam kisaran suhu
260-28000C. Sebagai sumber cahaya digunakan hollow katoda (HCL) atau electrodeless
discharge lamp (EDL), yang memancarkan garis spektrum yang sesuai dengan
energi yang dibutuhkan untuk memperoleh transisi elektronik dari keadaan dasar
ke keadaan tereksitasi dalam sampel. Penyerapan radiasi dari sumber cahaya
eksternal sebanding dengan populasi spesies / konsentrasi analit yang
disemprotkan ke nyala (Lewen, 2011).
Volpe et al (2012) mengaplikasikan
tehnik Flame atomic absorption
spectroscopy (FAAS) dan dalam evaluasi kandungan timbal pada eyeshadow dari
Cina, Italia, dan Amerika Serikat. Nikel merupakan penyebab dermatitis, produk
kosmetik harus mengandung nikel kurang dari 5mg/g dan sebaiknya berada dibawah
1mg/g-1 untuk meminimalkan risiko reaksi alergi atau eczema kelopak mata.
Pada analisis tersebut digunakan bahan
bakar: udara, 13,50L/menit; asetilena, 2,00L/menit yang digunakan. Absorbansi
dibaca pada 217 nm. Kurva kalibrasi diperoleh dengan menggunakan tiga larutan
standar dengan konsentrasi berbeda, yang diperoleh dari larutan standar Pb(NO3)2
diencerkan dalam HNO3 1% yang
juga digunakan untuk melarutkan sampel. Produk yang dianalisis selain sampel
dari China memiliki konsentrasi nikel di bawah batas tersebut.
Dalam GFAAS, sampel
(biasanya cairan) dimasukkan melalui celah kecil ke dalam tabung grafit yang
dipanaskan, yang dikenal sebagai mini-Massmann furnace. Di dalam tungku, yang
berfungsi sebagai sel sampel, atom atau molekul netral tereksitasi dari keadaan
dasar ketika tabung dipanaskan. Sampel dapat disimpan secara langsung ke
dinding tungku grafit, atau ke platform grafit kecil, yang dikenal sebagai
L’vov platform, yang berada dalam tungku grafit (Lewen, 2011).
Serangkaian
langkah-langkah pemanasan dijalankan, dengan langkah-langkah utama termasuk
pengeringan, charring atau ashing, atomisasi dan clean-out. Langkah pemanasan
lain dapat digunakan, tergantung pada sifat sampel. Pada tahap atomisasi,
tungku dipanaskan dengan cepat sampai suhu tinggi (biasanya sampai berpijar),
biasanya di kisaran 2500-27000C. Penyerapan signal yang dipancarkan
oleh sampel di dalam tabung terjadi pada analit yang teratomisasi dan kemudian
diukur (Lewen, 2011).
Contado & Antonella (2012) menggunakan tehnik Graphite furnace atomic absorption
spectroscopy (GFAAS) untuk mengevaluasi kandungan logam dalam serbuk
eyeshadow. Unsur logam yang dianalisis antara lain Cr, Co and Ni. Sampel yang
dianalisis adalah 9 produk ayeshadow padat yang harganya sangat murah yang
dijual di italia. Produk tersebut ditujukan untuk anak-anak dan orang dewasa.
Pada analisis terssebut diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada sampel yang
mengandung kadar Nikel, Kobalt dan Kromium diatas 1 ppm atau 5 ppm, yang
merupakan batasan kadar logam-logam tersebut untuk tidak menimbulkan reaksi
alergi kulit.
C.
Instrumentasi SSA
Secara umum,
instrumen harus mampu memberikan lebar pita yang cukup sempit untuk mengisolasi
garis yang dipilih untuk pengukuran dari jalur lain yang dapat mengganggu atau
mengurangi sensitivitas analisis. Sebuah kaca filter sudah cukup untuk beberapa
logam alkali, yang hanya memiliki garis resonansi beberapa banyak spasi di
daerah tampak. Sebuah alat yang dilengkapi dengan filter gangguan mudah
dipertukarkan tersedia secara komersial. Sebuah sumber
cahaya yang terpisah digunakan untuk setiap unsur. Sehingga diperoleh hasil yang memuaskan untuk analisis tiap logam (Skoog et al, 1998).
Suatu spektrofotometer serapan atom terdiri atas
komponen-komponen berikut ini:
- Sumber cahaya. Sumber yang paling umum untuk pengukuran serapan atom adalah lampu katoda berongga. Jenis lampu ini terdiri dari anoda tungsten dan katoda clyndrical dibungkus dalam sebuah tabung gelas yang diisi dengan neon atau argon pada tekanan dari 1-5 torr. Katoda terbuat dari logam yang spektrum yang diinginkan atau berfungsi untuk lapisan supporta logam itu
- Nyala. Nyala biasanya berupa udara/asetilen, menghasilkan suhu ±2500oC. Dinitrogen oksida/asetilen dapat digunakan untuk menghasilkan suhu sampai 3000oC, yang diperlukan untuk menguapkan garam-garam dari unsur-unsur seperti alumunium atau kalsium.
- Monokromator. Monokromator digunakan untuk menyempitkan lebar pita radiasi yang sedang diperiksa sehingga diatur untuk memantau panjang gelombang yang sedang dipancarkan oleh lampu katode rongga. Ini menghilangkan interferensi oleh radiasi yang dipancarkan dari nyala tersebut, dan gas pengisi didalam lampu katode rongga, dan dari unsur-unsur lain di dalam sampel tersebut.
- Detektor. Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman. Detektor berupa sel fotosensitif
- Readout merupakan suatu alat penunjuk atau sistem pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan oleh suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi (Watson, 2010).
Instrumen serapan
atom sebagian menggunakan tabung pengganda foto
sebagai transduser. Seperti disebutkan sebelumnya, sistem
elektronik mampu membedakan antara sinyal termodulasi dari sumber dan sinyal
kontinyu dari nyala api yang diperlukan. Kebanyakan instrumen saat ini di pasaran
dilengkapi dengan sistem komputer mikro yang digunakan
untuk mengontrol parameter instrumen dan untuk mengontrol dan memanipulasi data
(Skoog et al, 1998).
D.
Cara Penggunaan SSA
Untuk
keperluan analisis kuantitatif dengan SSA, maka sampel harus dalam bentuk
larutan. Untuk menyiapkan larutan, sampel harus diperlakukan sedemikian rupa
yang pelaksanaannya tergantung dari macam dan jenis sampel. Yang penting untuk
diingat adalah bahwa larutan yang akan dianalisis haruslah sangat encer. Ada
beberapa cara untuk melarutkan sampel, yaitu:
·
Larutan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.
·
Sampel dilarutkan dalam suatu asam.
·
Sampel dilarutkan dalam suatu basa atau dilebur dahulu dengan
basa kemudian hasil leburan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.
Metode
pelarutan apapun yang akan dipilih untuk dilakukan analisis dengan SSA, yang
terpenting adalah bahwa larutan yang dihasilkan harus jernih, stabil dan tidak
mengganggu zat-zat yang akan dianalisis (Gandjar dan Rohman, 2007).
E.
Metode Analisis
Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara
spektrometri. Ketiga teknik tersebut adalah:
1. Metode Standar Tunggal
Metode ini sangat praktis karena
hanya menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya
(Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (Asta) dan absorbsi larutan sampel
(Asmp) diukur dengan spektrometri. Dari hukum Beer diperoleh:
Sehingga,
Astd/Cstd = Csmp/Asmp -> Csmp
= (Asmp/Astd) x Cstd
Dengan mengukur absorbansi
larutan sampel dan standar, konsentrasi larutan sampel dapat dihitung.
2. Metode kurva kalibrasi
Dalam metode ini dibuat suatu
seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dari larutan
tersebut diukur dengan AAS. Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara
konsentrasi(C) dengan absorbansi (A) yang merupakan garis lurus yang melewati
titik nol dengan slobe = atau = a.b. konsentrasi larutan sampel dapat dicari
setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva
kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan
menggunakan program regresi linewar pada kurvakalibrasi.
3. Metode adisi standar
Metode ini dipakai secara luas
karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi
lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam metode ini dua atau lebih
sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu
larutan diencerkan sampai volume tertentu kemudiaan larutan yang lain sebelum
diukur absorbansinya ditambah terlebih dahulu dengan sejumlah larutan standar
tertentu dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama.
Menurut hukum Beer akan berlaku
hal-hal berikut:
Ax = k.Ck
AT = k(Cs+Cx)
Dimana,
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat
standar yang ditambahkan ke larutan sampel
Ax = absorbansi zat sampel
(tanpa penambahan zat standar)
AT = absorbansi zat sampel
+ zat standar
Jika kedua rumus digabung maka
akan diperoleh Cx = Cs + {Ax/(AT-Ax)}
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx)
dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT dengan spektrometri. Jika dibuat suatu
seri penambahan zat standar dapat pula dibuat grafik antara AT lawan Cs garis
lurus yang diperoleh dari ekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x
(Ax/-Ax)
Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs
Salah satu penggunaan dari alat
spektrofotometri serapan atom adalah untuk metode pengambilan sampel dan
analisis kandungan logam Pb di udara. Secara umum pertikulat yang terdapat
diudara adalah sebuah sistem fase multi kompleks padatan dan partikel-partikel
cair dengan tekanan uap rendah dengan ukuran partikel antara 0,01 – 100 μm.
(Sudjadi, 2007).
Jobseet analisa Fe dan Cu
dalam asam askorbat
Alat
1.
Pipet tetes
2.
Pipet ukur 10 ml
3.
Pipet volume 25 ml
4.
Rubber bulb
5.
Corong gelas
6.
Labu takar 100 ml
7.
Labu takar 25 ml
8.
Glass beaker 250 ml
9.
Mortal dan pestle
10. Spatula
Baha
:
1.
HNO3 0,1 M
2.
Asam askorbat (sampel vitamin C)
3.
Aquades
4.
Larutan standar Cu
5.
Larutan standar Fe
Cara
menggunakan spektrofotometer serapan atom :
- Pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting, main unit, dan komputer secara berurutan.
- Dibuka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul perintah ”apakah ingin mengganti lampu katoda”, jika ingin mengganti klik Yes dan jika tidak No.
- Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik setup, kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi paling atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau ditambahkan dengan mudah.
- Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
- Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working mode.Dipilih unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada symbol unsur yang diinginkan
- Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings. Diatur parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ; measurement; concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration : ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm.
- Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
- Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu menyala alat siap digunakan untuk mengukur logam.
- Pada menu measurements pilih measure sample.
- Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data keluar.
- Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang sama untuk standar 3 ppm dan 9 ppm.
- Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan lurus.
- Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan pengukuran.
- Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
- Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklikicon print atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print.
- Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada komputer dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas (Hendayana, 1994).
Penentuan
kadar tembaga (Cu) dan besi (Fe) dengan
AAS
a.
Preparasi pelarut
Siapkan
Larutan HNO3 0.1M
b.
Preparasi Standar Cu dan Fe 10 ppm
1.
Memipet 1 mL larutan standar induk Cu
dan Fe (1000 ppm) kedalam labu takar 100 mL,
2.
Kemudian ditera dengan air distilasi.
c.
Deret standar Cu dan Fe 0.2; 0.4; dan
0.6 ppm
1.
Mengencerkan lebih lanjut larutan
standar Cu dan Fe 10 ppm dengan HNO3 0.1M.
2.
Deret standar dibuat sebanyak 3 kali
ulangan.
d.
Preparasi Sampel
1.
Untuk penentuan logam Cu ditimbang 2 g asam askorbat
2.
Untuk penentuan logam Fe, 5 g asam
askorbat,
3.
Masing-masing dimasukkan kedalam 13 labu
takar 25 mL, ditera dengan HNO3 0.1 M.
e.
Analisa
1.
Deret standar dan sampel diukur kadar
besi dan tembaganya dengan menggunakan AAS Varian 220 F.
2.
Penentuan
kadar tembaga dilakukan dengan AAS pada panjang gelombang 324.8 nm, Untuk
kadar besi ditentukan pada panjang gelombang 248.3 nm.
No comments:
Post a Comment